Penggunaan Medsos Jadi Salah Satu Faktor Perceraian di Banyuwangi

05 Dec 2022 - 19:21
Penggunaan Medsos Jadi Salah Satu Faktor Perceraian di Banyuwangi
Perceraian pasangan suami istri yang diajukan Pengadilan Agama Banyuwangi sedikit mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. (Sahroni/afederasi.com)

Banyuwangi, (afederasi.com) - Pemicu perceraian pasangan suami istri di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akhir-akhir ini muncul lantaran disebabkan oleh faktor penggunaan media sosial (Medsos).

Pengadilan Agama (PA) Banyuwangi, mencatat faktor perceraian akibat medsos muncul sekitar tahun 2010 dan saat ini mempengaruhi angka perceraian hingga 30 persen.

Panitera PA Banyuwangi, Subandi mengatakan faktor penggunaan medsos menjadi salah satu faktor penyumbang perceraian pasangan suami istri. Banyak dari pasangan suami istri yang memutuskan bercerai lantaran hadirnya pihak ketiga dari aktivitas negatif penggunaan medsos.

"Sejak sekitar 2010, media sosial menyumbang cukup besar alasan pasangan untuk bercerai," katanya, Senin (5/12/2022).

Sejak Januari - November 2022, lanjut Subandi, tercatat angka perceraian di Banyuwangi mencapai 5.557 kasus. Namun, jumlah kasus perceraian di Banyuwangi cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2021 lalu, dalam periode yang sama pasangan yang mengajukan cerai hanya ada 5.601 pasangan.

"Sebagaian besar perkara gugat cerai atau perceraian diajukan istri," tuturnya.

Trend baru, jelas Subandi, perceraian yang diajukan istri cukup tinggi dibanding suami talak istri. Dari data yang tercatat sekitar perceraian yang diajukan istri 4.160 orang, sedangkan perceraian yang diajukan oleh suami 1.814 orang.

"Secara garis besar angka perceraian tahun 2022 ada penurunan," jelasnya.

Subandi menjelaskan, dari jumlah pengajuan perceraian itu, 4.983 kasus telah diputus. Artinya, jumlah pasangan sebanyak itu telah sah bercerai dan tak lagi menjadi suami istri.

Banyak faktor yang mendorong pasangan bercerai di Banyuwangi, masih didominasi oleh masalah klasik, yaitu ekonomi. Selain itu, juga faktor medsos dan pasangan muda.

"Ada sekitar 60 persen perceraian yang dilatar belakangi faktor ekonomi," terangnya. 

Subandi menjelaskan, fakta lain yang juga tergolong baru, yakni banyaknya pasangan muda yang memutuskan bercerai. Ada kenaikkan jumlah pasangan berusia di bawah 30 tahun yang bercerai dari tahun ke tahun.

"Tahun ini juga banyak. Jumlah pasangan muda bercerai seiring dengan jumlah ajuan dispensasi di tiap tahunnya," tuturnya.

Perceraian pasangan usia muda, lanjut dia, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang paling dominan adalah kekurangsiapan para pasangan muda dari sisi mental.

"Kekurangsiapan secara mental ini membuat perceraian pasangan muda lebih dominan," pungkasnya. (ron/dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow