Indonesia Ditargetkan Eliminasi TBC 2030
Bali, (afederasi.com) - Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang belum dapat dituntaskan penanganannya di Indonesia. Pandemi Covid-19 sempat menghambat upaya itu, dan saat ini dinilai tepat untuk kembali menjadikannya salah satu prioritas.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku, tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang membutuhkan upaya penanggulangan bersama.
“WHO memperkirakan, 824 ribu orang Indonesia menderita TB, tetapi kita hanya dapat mengidentifikasi tidak lebih dari 600 ribu. Untuk 200 ribu penderita TB lainnya, kita tidak dapat mengidentifikasi nama dan alamatnya,” kata Budi.
Budi berbicara di sela Pertemuan Tingkat Menteri Kesehatan Kedua (HMM) G20, yang akan berlangsung sampai hari ini (28/10/2022). Indonesia memang menjadikan TB sebagai salah satu tema pembicaraan utama. Bersama China dan India, Indonesia merupakan tiga negara dengan jumlah penderita TB terbesar di dunia.
“TB adalah penyakit menular, pada dasarnya kami memiliki empat kerangka kerja,” lanjut Budi.
Empat kerangka kerja yang disebut Budi adalah, pertama menyesuaikan protokol kesehatan seperti penanggulangan Covid-19. Kedua, memperkuat jaringan laboratorium deteksi penyakit. Ketiga, mengintensifkan pengawasan terhadap pasien TB. Keempat, pengadaan vaksin hingga pembentukan jejaring "orang tua asuh" bagi pasien.
“Dalam TB, protokol kesehatan adalah kita harus pastikan bahwa lingkungan kita sehat dan bersih. Biasanya TB terjadi ketika kita punya rumah yang tidak bersih dan tidak memiliki ventilasi udara yang baik,” paparnya.
Wakil Direktur Eksekutif Stop TB Partnership mengakui bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan kemunduran dalam penanganan TB.
Kondisi itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di sebagian besar negara dengan beban TB tinggi. Secara global, kata Sahu, dia melihat bahwa kebutuhan mendesak saat ini adalah pemulihan dari dampak pandemi Covid-19.
“Dan apa artinya? Di masa pandemi Covid-19, penderita TB yang terdiagnosis dan diobati semakin sedikit. Itu berarti, banyak penderita TB tetap di komunitas, tetap tidak terdeteksi,” ujarnya.
Strateginya adalah mempercepat penurunan level Covid-19, dan kemudian bergerak cepat untuk kembali menangani TB. Penurunan penanganan yang terjadi selama pandemi, harus dibalas dengan tindakan lebih sigap, baik di Indonesia maupun di negara-negara dengan kasus TB tinggi.
Diperlukan strategi komprehensif oleh Indonesia, baik dari diagnosis, pengobatan maupun pencegahannya.
Untuk bisa melakukan itu, pembiayaan adalah faktor yang penting. Skema harus ditetapkan dan harus mampu menjangkau semua orang yang membutuhkan diagnosis, pengobatan dan pencegahan. Indonesia, sebagai negara dengan begitu banyak provinsi, pulau dan sistem desentralisasi pemerintahan memiliki tantangan tersendiri. (ans)
What's Your Reaction?