Kemenkes: Kasus Covid-19 Subvarian XBB Naik Jadi 48
Jakarta, (afederasi.com) - Kementerian Kesehatan mengatakan jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 subvarian XBB meningkat menjadi 48. Diperkirakan subvarian omicron tersebut akan segera mendominasi kasus Covid-19 di tanah air.
“XBB sudah mulai mendominasi dan menggeser BA.4 dan BA.5 dan tercatat sampai hari ini XBB ada 48 kasus,” ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril.
Ia menjelaskan, saat ini terjadi kenaikan kasus konfirmasi positif Covid-19 dengan positivity rate mencapai level 19,91 persen. Per 9 November, ujarnya, tercatat ada 30 provinsi yang mengalami kenaikan rata-rata kasus harian dalam seminggu terakhir.
“Rangkuman dalam seminggu terakhir, kasus konfirmasi memang mengalami peningkatan sebanyak 47,24 persen dari 5.000 kasus harian naik ke 6.186 kasus,” tuturnya.
Selain itu, jumlah kematian dalam kurun waktu sepekan terakhir juga meningkat menjadi 47 dari 37 pasien. Tren kenaikan tersebut sejalan dengan prosentase pemakaian tempat tidur bagi pasien Covid-19 atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit yang naik 30 persen dari 5.700 menjadi 6.310.
“Dengan kenaikan kasus ini kami melakukan kajian terhadap pasien-pasien yang dirawat di RS periode 8 Oktober-8 November. Ini ternyata, lima persen pasien yang dirawat di rumah sakit itu di ruang ICU, berarti pasien yang memiliki gejala berat atau kritis itu lima persen, sementara 95 persen lainnya dirawat di ruang isolasi,” jelasnya.
Pihak Kemenkes, juga melakukan penelitian terhadap pasien Covid-19 yang memiliki gejala sedang, berat hingga kritis yang dirawat di rumah sakit. Hasilnya adalah, dari 10.600 pasien yang dirawat sebanyak 40 persen belum divaksin, dan hanya sekitar 26 persen pasien saja yang sudah mendapat booster.
“Kesimpulannya adalah ada 74 persen pasien yang dirawat di rumah sakit ini belum di-booster. Sementara yang belum divaksin ada 40 persen. Ini menjadi catatan kita sendiri bahwa pasien-pasien yang dirawat inap dengan gejala berat, sedang dan kritis itu kalau melihat (status) vaksinasi memang memprihatinkan,” paparnya.
Sementara itu, jika dilihat dari pasien Covid-19 yang meninggal sebanyak 1.373 pasien, tercatat 48 persen sama sekali belum divaksin, dan hanya 16 persen yang telah menerima vaksin dosis ketiga atau booster. Sekitar 84 persen pasien yang meninggal belum menerima booster.
“0,99 persen pasien yang meninggal sudah divaksin booster. Jadi yang meninggal sedikit. Tapi yang belum divaksin lengkap lebih tinggi sebanyak 3,51 persen,” katanya.
Syahrir mengakui perkembangan upaya pemberian booster berlangsung lambat. Menurutnya, sampai detik ini, pemerintah setidaknya sudah menyuntikkan 443 juta dosis vaksin kepada masyarakat yang terdiri dari vaksin booster sebanyak 36 persen, dosis kedua sebanyak 73 persen, dan dosis pertama sebanyak 87 persen.
Dalam kesempatan ini, Syahril mengimbau kepada masyarakat untuk segera melengkapi vaksinasi Covid-19, karena sudah terbukti mengurangi tingkat keparahan gejala dan kematian. Ia juga menegaskan bahwa pemberian booster kedua atau vaksin dosis ke-4 belum menjadi prioritas pemerintah untuk saat ini. (ans)
What's Your Reaction?