Rose ASN Perempuan Pertama Kali Jabat Kepala BNNK Tulungagung, Simak Strategi Pemberantasan Narkoba

Tulungagung, (afederasi.com) – Rose Ipri Wulandhani merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN), perempuan pertama kali menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Tulungagung, Jawa Timur.  ASN berjilbab itu menjadi kepala BNNK Tulungagung mendapatan promosi jabatan dan dilantik pada 14 April 2023.  

Sebelumnya, Rose panggilan akrab Rose Ipri Wulandhani mulai berkarir di BNNK Batu sejak Tahun 2011 silam. Pertama kali sebagai penyuluh. Perempuan kelahiran Kabupaten Sumenep naik jabatan menjadi kepala seksi (kasi) Pemberdayaan Masyarakat. Nah Tahun 2015 menduduki jabatan Kasi Rehabilitasi. Selanjutnya mulai tahun 2020 menjadi konselor Adiksi Ahli Muda BNN Kota Batu.

“Di BNNK Tulungagung, saya dapat promosi jabatan,”ujar Rose kepada afederasi.com, Seni (8/5/2023).

Perempuan kelahiran Tahun 1977 menjelaskan jabatan kepala BNNK memang tidak harus dijabat dari anggota Polri yang berpangkat AKBP. Selama ini memang hampir semua jabatan kepala BNKK diisi oleh Polri. Sebenarnya lembaga BNN merupakan lembaga pemerintah yang jabatan-jabatan tertentu diisi oleh selain anggota Polri. Di Jawa Timur sudah ada empat kabupaten dan kota yang kepala BNNK dijabat oleh ASN, yaitu Kota Batu, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Tulungagung sendiri.

“Di provinsi lain juga BNN pusat banyak diisi non Polri. Mulai ASN dari kejaksaan, pemerintah daerah, imigrasi, TNI dan lain sebagainya,”jelas Rose.

Lantas apa gebrakan yang bahkan  bakal dilakukan pertama kali menjabat kepala BNKK Tulungagung?. Rose dengan diplomatis akan membuat Tulungagung bersih dari narkoba. Dia meminta kepada semu pihak untuk berkomitmen untuk pemberantasakan narkoba. Mulai dari pemerintah, DPRD, ormas, media massa serta lapisan masyarakat. Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2/2020 Pencegahan, Pemberantasa, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) merupakan tanggungjawab bersama, artinya bukan hanya BNNK.

“Selama ini manyoritas orang berfikir jika yang berhak memberantas narkoba adalah BNN,”terang mantan Sekretaris Pribadi Walikota Batu itu.

Masih menurut Rose, dirinya akan menggunakan empat pendekatan dalam pemberantasan narkoba. Empat pendekatan itu meliputi pendekatan lunak (soft power approach) , pendekatan keras (hard power approach), pendekatan teknologi (smart power approach) dan pendekatan kooperatif.  Pendekatan lunak dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi secara gencar. Salah tujunya untuk mengurangi permintaan narkoba terhadap sang pengedar dan bandar narkoba. BNNK akan melakukan detekii dini pengguna narkoba dengan tes urine  dan rehabilitasi.

“Jika ketahanan diri, ketahanan keluarga, ketahanan lingkungan sudah kuat dari narkoba. Secara otomatis permintaan narkoba pasti terkurangi,”katanya.

Sementara pendekatan keras, lanjut Rose, BNNK melakukan upaya hukum dengan menangkap dan menjerat bandar dengan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) juga. Begitu dengan pendekatan teknologi, BNN sudah mempunyai alat canggih untuk mendeteksi jaringan pengedar narkoba dalam menjalankan bisnisnya. Nomor Hpnya mereka bisa dilacak atau ditracking bahkan penyadapan.

“Semua dalam pemberantasan narkoba butuh komitmen semua pihak,”ujar Rose.

Yang terakhir pendekatan kooperatif. Menurutnya tidak semua pecandu narkoba mengetahui cara melakukan rehabilitasi. Mereka kadang takut jika ikut program rehabilitasi justru menjadi bukti awal polisi untuk menangkapnya. Oleh karena itu, BNNK mengajak lintas instansi untuk menjadi mediator supaya mengarahkan para pecandu mengikuti program rehabilitasi ditempat-tempat yang disediakan. (Jb)