Profil Panglima Pajaji, Siap Bela Warga Rempang Usai Panglima TNI Perintahkan 'Piting'

Batam, (afederasi.com) - Panglima Dayak Pajaji, yang bermarkas di Pulau Kalimantan, kini sedang memantau dengan cermat perkembangan konflik lahan yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Beliau telah menyatakan tekadnya untuk melindungi warga Pulau Rempang, yang baru-baru ini menghadapi ancaman relokasi oleh pihak berwenang terkait proyek pembangunan Rempang Eco City.

Tensi konflik semakin meradang setelah muncul video viral pernyataan kontroversial dari Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono. Dalam video tersebut, Laksamana Yudo Margono memerintahkan anggotanya untuk "memiting" warga Rempang dengan cara yang kontroversial. Pernyataan tersebut memicu emosi Panglima Dayak Pajaji, yang kemudian memberikan respons tegas melalui video di akun TikTok pribadinya.

Dalam video tersebut, Panglima Pajaji sangat menyesalkan pernyataan Panglima TNI dan mengecam tindakan intimidasi yang dilakukan aparat terhadap masyarakat Pulau Rempang. Ia juga memberikan dukungan kuat kepada warga Rempang yang sedang menghadapi situasi sulit, berjanji untuk turun tangan langsung membantu mereka.

Profil Panglima Dayak Pajaji sangat menarik dan unik. Beliau lahir pada tanggal 15 Agustus 1995, dan saat ini tinggal di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Ia dikenal sebagai pemimpin Pasukan Pantak Padagi Borneo. Di akun YouTube resminya, Panglima Pajaji mengklaim memiliki ilmu kebal yang membuatnya tidak dapat terluka oleh senjata.

Ilmu kebal yang dimilikinya telah ditunjukkan dalam beberapa acara adat, termasuk Pekan Gawai Dayak di Kabupaten Sintang pada tahun 2023. Menurutnya, ilmu kebal ini diperoleh dari para roh leluhur Dayak.

Selain memiliki kemampuan istimewa, Panglima Pajaji juga dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai adat dan tradisi Dayak di Kalimantan. Ia berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan budaya leluhurnya. Dalam salah satu pernyataannya, beliau menegaskan bahwa hanya orang Dayak sendiri yang dapat menjaga tradisi Dayak, dan bahwa masyarakat Dayak seringkali mengalami penindasan, sehingga penting untuk melestarikan warisan budaya mereka.(mg-2/mhd)