Petani Mangga Podang Kediri Ini Semakin Cuan Karena Internet
Kediri, (afederasi.com) - Jaringan internet di era digital telah terbukti berdampak positif bagi semua bidang kehidupan. Termasuk di bidang ekonomi, banyak bisnis berkembang pesat sejak adanya jaringan internet tersebut.
Hal ini pun telah dirasakan penduduk di Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri, yang semakin cuan di bisnis mangga podang sejak menggunakan internet sebagai bahan promosi.
Salah satu desa yang menjadi sentra produksi mangga podang adalah Desa/Kecamatan Tarokan yang memiliki banyak sekali hasil panen. Suyitno (57), salah satu petani mangga mengaku dalam sekali panen bisa mencapai 3 ton per hari. Jumlah itu dihasilkan dari 750 batang pohon.
"Kalau bagus, satu batang pohon mangga itu bisa menghasilkan 5-7 kwintal buah," katanya usai dikonfirmasi pihak afederasi.com, Rabu (17/5/2023).
Bisnis yang telah dijalani Suyitno itu diakui tidak selalu bagus dan terus mengalami pasang surut. Sejak kecil, petani mangga yang kerap disapa Yitno ini telah berkecimpung di bidang pertanian dan perkebunan, terutama buah mangga podang. Berbagai macam kendala seperti mahalnya pupuk hingga gangguan hama menjadi faktor utama hasil panen buah yang berkualitas. Tak hanya itu, setelah panen, harga di pasar juga akan mengalami naik turun tergantung kebutuhan dan ketersediaan mangga podang.
"Kalau panen pertama satu kilo bisa Rp 10-13 ribu, kalau panen kedua Rp 5-8 ribu. Dan kalau sudah masa panen raya, biasanya Rp 1-3 ribu saja per kilo," paparnya.
Yitno menuturkan di Desa Tarokan sendiri sepanjang lahan oleh warga telah ditanami pohon mangga podang. Usianya pun beragam dan tergolong tua, dari mulai 10 tahun hingga ada yang berusia 70 tahun. Ciri khas rasanya juga sangat unik. Dengan dominan rasa segar, asam dan manis, serta tekstur buahnya yang tidak lembek membuat para konsumen dari berbagai daerah datang untuk menjadikan buah tangan jika mampir ke Kediri.
"Banyak yang ambil di saya untuk oleh-oleh, ada yang dari Surabaya, Malang dan bahkan Bali," uraiannya.
Untuk pemasaran sendiri sebelum mengenal promosi di media sosial, Yitno dan para petani mangga podang ini hanya mengandalkan suplayer yang rutin pesan dan lapak di wilayah Kediri. Ia mengaku sempat tak mencicipi hasil panen mangga sama sekali dikarenakan gagal panen.
Akibatnya biaya perawatan yang membludak membuat Yitno nekat pinjam kredit usaha rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia wilayah setempat. Saat itu, dia mengingat telah meminjam Rp 5 juta-10 juta untuk keperluan biaya pupuk.
"Karena dulu tidak ada modal. Alhamdulillah terbantu akhirnya keterusan sampai sekarang pinjam untuk modal sampai rp 100 juta," bebernya.
Saat ini, Yitno dibantu anaknya Roy telah menjual mangga podangnya tidak hanya dititipkan di pengepul saja, melainkan juga menerima pesanan lewat media sosial seperti toko online, fb, instragram maupun whatsapp. Omzetnya pun, lanjut Yitno bisa dibilang semakin meningkat sejak dipromosikan di media sosial dan menjangkau pasar di seluruh Indonesia.
"Kemarin sampai ada informasi dari dinas kalau mangga podang ini akan dikirim ke luar negeri," ucapnya.
Ilmu inipun Yitno berikan kepada kelompok taninya yang berada di Dusun Bukaan Desa Tarokan. Menurutnya dengan kemudahan akses internet saat ini, tidak menutup orang untuk bisa lebih berkembang.
"Alhamdulillah kalau di media sosial kita pasarnya bebas dan luas. Setidaknya setahun bisa Rp 150-200 juta pemasukan saya," ungkapnya.(sya/dn)
What's Your Reaction?


