Seniman Dark Art Jombang Konsisten Berkarya Pakai Handphone
Jombang, (afederasi.com) – Sebuah nama, Dioz A.R., dan sebuah identitas digital, Tredecim. Di balik keduanya, tersimpan perjalanan seorang seniman Dark Art dari Jombang yang membuktikan bahwa konsistensi dan identitas adalah kunci menembus batas.
Perjalanannya tidak instan. Mimpi membentuk Komunitas Pena Hitam chapter Jombang sempat kandas karena sulit menemukan rekan sevisi. Namun, jalan sunyi justru mengasah kemandirian dan determinasinya.
Bakat menggambarnya telah terlihat sejak kelas 3 SD, di media apa pun yang ditemui. “Titik baliknya saat saya mengenal Dark Art di akhir SMA melalui sebuah cover album metal. Saya langsung jatuh cinta pada estetika gelap dan penuh makna di dalamnya,” kenang Dioz.
Sejak 2016, Dioz mengambil keputusan berani: hidup sepenuhnya dari karyanya. Modal awalnya? Sebuah smartphone.Dengan perangkat sederhana itu, ia menghasilkan ratusan artwork yang kini menghiasi merchandise, cover buku, dan artwork band.
“Keterbatasan alat bukan halangan untuk upgrade skill. Saya belajar otodidak, mencoba, gagal, dan bangkit lagi,” ujarnya kepada media afederasi.com, Kamis (06/11/2025).
Pengalaman komisyen pertamanya menjadi pelajaran berharga. Saat masih kerja kantoran, seorang klien memesan artwork tengkorak bersuster dengan alat sablon. Usai master kertas diberikan, klien tersebut hilang begitu saja.
“Saya malah ketawa sekarang. Itu pelajaran berharga bagi seniman untuk lebih profesional dan melindungi karya,” tuturnya.
Karya Dioz lahir dari ruang gelap: kemarahan dan kekecewaan. Bagi dia, di situlah ketulusan emosi ditemukan. Garis tegas, bayangan pekat, dan figur mencekam namun indah menjadi ciri khasnya.
Fase terpenting terjadi saat sang ayah berpulang. Kehilangan itu mendorong karyanya menjadi lebih dalam, personal, dan filosofis. Karyanya menjadi dokumen perasaan tentang kehilangan esensi manusia dan keresahan di era post-truth.
“Saya terinspirasi oleh estetika Apolon dan Dionisian, sebuah filosofi Yunani tentang ketegangan antara keteraturan dan kekacauan. Ini yang membedakan karya saya,” jelas Dioz.
Nama Tredecim mulai melejit berkat strategi branding yang cerdas. Alih-alih sekadar memposting gambar, Dioz membuat sebuah episode komik utuh bergaya Dark Art-nya untuk brand Ice Land Vodka.
Pendekatan unik ini langsung menarik perhatian brand lain. Ini membuktikan bahwa karya dengan identitas kuat akan berbicara sendiri.“Saya jarang berjejaring. Saya ingin karya yang diapresiasi, bukan karena hubungan personal,” tegasnya.
Kini, Dioz Tredecim berada di dua persimpangan besar kariernya:
1. Hammersonic 2026: Event metal bergengsi di Indonesia ini menyedakan lebih dari 10.000 submission karya seni. Karya Dioz berhasil menduduki peringkat 6 besar, sebuah prestasi yang membanggakan bagi seniman asal Jombang.
2. DCDC Art Challenge: Dia juga lolos dalam kompetisi seni visual ini dengan karya berjudul "The Messenger".
Sayangnya, di tengah perjuangannya di kancah internasional, masih sedikit masyarakat Jombang yang mengetahui prestasi putra daerahnya.Kisah Dioz Tredecim adalah bukti nyata bahwa seniman lokal Jombang memiliki talenta kelas dunia.
Mereka tidak butuh belas kasihan, melainkan dukungan dan apresiasi dari komunitas dan kotanya sendiri.
Dukungan dapat diberikan dengan memfollow akun media sosialnya @tredecim. menyebarkan karyanya, atau memberikan vote pada kompetisi yang diikutinya seperti DCDC Art Challenge.
Dioz Tredecim bukan sekadar seniman; ia adalah inspirasi bagi generasi muda Jombang untuk konsisten berkarya, berani berbeda, dan bermimpi besar. (san)
What's Your Reaction?


