Guru Inspiratif Ni'matuz Zahroh Menulis Karya Tulis 100 Lebih
Jombang, (afederasi.com) – Momentum Hari Guru Nasional 2025 menyoroti sosok inspiratif di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia adalah Ni'matuz Zahroh, atau yang akrab disapa Anik, seorang guru Bahasa Inggris di MTsN 15 Jombang yang membuktikan bahwa passion menulis bisa tumbuh subur di tengah kesibukan mengajar.
Di rumah sederhananya di Desa Keras, Kecamatan Diwek, lampu meja kerap tetap menyala hingga larut malam. Di balik cahayanya, perempuan berusia 48 tahun itu asyik "menari dengan kata-kata", menghasilkan ratusan karya tulis yang menginspirasi.
Kecintaannya pada dunia literasi bukanlah hal yang instan. Jiwa menulis Anik sudah terpupuk sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). "Sejak SMA saya memang sudah suka menulis. Waktu itu saya juga menjadi redaktur majalah sekolah," kenangnya ,Selasa (25/11/2025).
Namun, perjalanan kreatifnya menemukan momentum yang lebih dalam justru pada masa pandemi Covid-19. Saat dunia seakan berhenti, bagi Anik, jeda itu membuka pintu rezeki lain untuk berkarya.
“Pandemi sekitar bulan Maret 2020 membawa hikmah luar biasa. Di saat semua orang harus berhenti, saya justru menemukan waktu untuk menulis dan menerbitkan banyak buku," ujar ibu tiga anak ini dengan semangat.
Motivasi menulisnya sederhana namun penuh makna, diilhami oleh sebuah motto yang selalu dipegangnya: "Yang terucap akan hilang, tapi yang tertulis akan abadi."
"Saya ingin apa pun yang saya alami, apa pun yang ingin saya bagi ke orang lain, bisa hidup lewat tulisan," ungkapnya penuh keyakinan.
Hingga kini, dedikasi Anik telah melahirkan sekitar 10 buku solo dan hampir 100 buku antologi. Meski angka tersebut terbilang banyak, ia mengaku itu masih belum sebanding dengan mimpi-mimpinya yang terus berkembang.
Sebagai seorang guru, keseharian Anik padat dengan aktivitas belajar mengajar dan tugas administratif di sekolah. Ia mengakui bahwa profesi guru zaman now tidak hanya berurusan dengan mengajar di kelas.
"Administrasi menumpuk, kegiatan sekolah datang silih berganti. Karena itu, saya kerap baru menemukan waktu menulis setelah semua aktivitas selesai," bebernya.
Rutinitasnya terjadwal rapi. Setelah seharian mengajar dan pulang pada sore hari, ia baru bisa merangkai kata-kata setelah pukul tujuh malam. "Kalau tidak ada acara atau webinar, saya pasti menyempatkan diri untuk menulis," tambahnya.
Malam-malam sunyi itulah menjadi panggung kreativitasnya. Karya-karyanya didominasi oleh fiksi, seperti novel dan kumpulan cerpen. Meski demikian, ia juga produktif menulis buku nonfiksi, terutama yang berkaitan dengan praktik pembelajaran dan pengalaman mengajarnya.
"Saya adalah penulis fiksi, jadi kebanyakan buku-buku saya yang sudah terbit adalah novel atau kumpulan cerpen. Ada juga beberapa buku nonfiksi tentang pembelajaran dan praktik baik mengajar. Tapi yang paling banyak adalah novel fiksi," tandasnya.
Melalui perjalanan panjangnya sebagai pendidik dan penulis, Anik berpesan kepada sesama guru untuk terus berkontribusi melalui karya. "Untuk teman-teman guru, tetaplah berkarya. Kita berjuang untuk anak didik dan masa depan bangsa," imbaunya.
Sementara untuk para murid dan generasi muda Indonesia, pesannya singkat namun powerful: "Bacalah. Dengan membaca, kalian akan mengenal dunia."
Kisah Ni'matuz Zahroh ini menjadi bukti nyata bahwa semangat berkarya tidak kenal batas. Di tengah tumpukan kewajiban sebagai guru, ia mampu menyalakan lilin inspirasi melalui tulisan, meninggalkan warisan abadi bagi dunia pendidikan dan literasi Indonesia.(san)
What's Your Reaction?


