Akhir Panen Raya Harga Jagung Melonjak

23 Nov 2025 - 14:04
Akhir Panen Raya Harga Jagung Melonjak
Petani jagung saat panen dengan mesin combine di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, Minggu (23/11/2025).(Foto: Santoso/afederasi.com)

Jombang, (afederasi.com) – Musim panen jagung di sentra produksi Kecamatan Diwek dan Perak, Kabupaten Jombang, hampir berakhir. Di akhir masa panen ini, petani disambut kabar menggembirakan: harga jual jagung pipilan basah mengalami kenaikan signifikan dibanding tahun lalu.


Kasuwi, seorang petani dari Desa Brambang, Kecamatan Diwek, membenarkan kondisi yang menguntungkan ini. Ia menyebut, harga jagung pipilan basah saat ini berada di kisaran Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per kilogram.


"Tahun lalu hanya sekitar Rp 3.000 per kilo, kalau sekarang Rp 4.500 per kilogram, bahkan ada yang jual Rp 5.000 per kilo, tergantung kualitas jagungnya," terang Kasuwi, Minggu (23/11/2024).


Dalam proses panennya, mayoritas petani di wilayah ini kini mengandalkan teknologi. Sistem tebasan dengan menggunakan combine harvester menjadi pilihan utama karena dinilai lebih cepat dan efisien.


"Iya, rata-rata sudah pakai mesin combine karena lebih cepat dan efisien. Memburu waktu, supaya nggak kena hujan juga," ujar Kasuwi, menjelaskan alasan peralihan ke metode modern tersebut.


Sementara itu, di Kecamatan Perak, harga jual jagung pipilan basah yang dihasilkan dari mesin combine bahkan tercatat lebih tinggi. Fathulloh, Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Perak, mengonfirmasi harga berkisar Rp 5.300 per kilogram.


"Yang mahal juga ada, jagung P-27 itu jual sampai Rp 6.000 per kilogram dengan kualitas tertentu," terang Fathulloh, menyoroti premium yang didapat untuk varietas unggulan.
Fathulloh juga memberikan update progres panen. Menurutnya, periode panen di wilayahnya sudah mendekati akhir.


"Kurang lebih di Perak itu 182 hektare, di Desa Glagahan, Temuwulan, sebagian kecil di Plosogenuk, dan Desa Jantiganggong serta Sembung. Sekarang sudah hampir 70 persen mendekati akhir," tuturnya.


Dengan harga jual yang lebih baik ini, para petani di dua kecamatan penghasil jagung ini mengaku lebih lega menghadapi akhir musim tanam. Secara finansial, peningkatan ini sangat terasa.


Penjualan yang rata-rata dilakukan langsung kepada penebas menghasilkan pendapatan kotor sekitar Rp 5,6 juta hingga Rp 6 juta per banon (unit ukuran setara 100 karung). Dengan perhitungan per hektarnya, pendapatan kotor petani bisa mencapai kisaran Rp 35 juta hingga Rp 42 juta.


Kenaikan harga komoditas jagung ini menjadi angin segar dan memulihkan semangat bertani, setelah di tahun sebelumnya harga sempat berada di level yang kurang menguntungkan.(san)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow