Menguntungkan, Petani Kedelai Jeralih ke Jagung

23 Nov 2025 - 13:40
Menguntungkan, Petani Kedelai Jeralih ke Jagung
Petani kedelai saat menujukan hasil panennya. Minggu (23/11/2025).(Foto:Santoso/afederasi.com)

Jombang, (afederasi.com) – Kabupaten Jombang sebagai salah satu sentra industri tahu dan tempe menghadapi tantangan serius: minat petani menanam kedelai lokal terus merosot, menyebabkan luas lahan tanamnya menyusut dari tahun ke tahun. Padahal, kebutuhan kedelai untuk industri pangan justru terus meningkat.


Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Jombang, M. Rony, mengungkapkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh faktor ekonomi. Petani dinilainya lebih rasional dengan memilih komoditas yang memberikan keuntungan lebih besar.


"Petani kita cukup cerdas. Ketika harga jual tidak sesuai, tentu mereka memilih komoditas yang harga jualnya lebih menjanjikan," kata Rony, menjelaskan fenomena alih komoditas ini.


Rony memaparkan perbandingan nyata yang menjadi alasan utama petani beralih. Kedelai yang ditanam musim kemarau bersamaan dengan jagung ternyata jauh lebih tidak menguntungkan.


"Kedelai lokal harganya hanya sekitar Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilogram dengan hasil sekitar 1 ton per hektare. Bandingkan dengan jagung yang bisa 7 ton per hektare dengan harga Rp 5.000 per kilogram. Tentu jauh bedanya," imbuhnya.


Persaingan dengan kedelai impor juga menjadi pukulan telak. Rony menyebutkan perbandingan historis yang mencengangkan: pada 1995, luas lahan kedelai Jombang bisa mencapai 15.000 hektare. Kini, mencapai 3.000 hektare saja sudah sulit.


"Sekarang kedelai impor luar biasa. Dulu di era 1995, lahan kedelai kita bisa mencapai 15 ribu hektare, terutama di Sumobito, Mojowarno, dan Tembelang. Sekarang kalau bisa tembus 2.900-3.000 hektare saja sudah bagus," katanya.


Data BPS Konfirmasi Tren Penurunan


Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Jombang Dalam Angka mengonfirmasi tren yang tidak stabil:
•    2022: Luas panen 1.884 hektare (produksi 2.883 ton)
•    2023: Luas panen 3.598 hektare (produksi 5.998 ton)
•    2024: Luas panen turun kembali menjadi 3.123 hektare (produksi 5.152 ton)


Mayoritas lahan kedelai terkonsentrasi di 10 kecamatan, dengan Sumobito sebagai produsen utama (1.290-1.695 hektare).


Ironisnya, sementara produksi lokal menurun, kebutuhan kedelai di Jombang justru sangat besar. Rony mencontohkan, hanya di Kecamatan Jogoroto saja, kebutuhan kedelai untuk industri tahu mencapai 80 ton per hari, yang sebagian besar dipenuhi dari kedelai impor.


"Petani yang masih bertahan umumnya memiliki pasar khusus, seperti menjual langsung ke perajin tempe atau tahu yang seacara tradisi mempertahankan penggunaan kedelai lokal, " pungkasnya.(san)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow