Poktan di Kabupaten Kediri Ditargetkan Terima Penyuluhan Pupuk Organik

01 Mar 2023 - 12:28
Poktan di Kabupaten Kediri Ditargetkan Terima Penyuluhan Pupuk Organik
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana saat meninjau kelompok tani di Kecamatan Papar. (foto : Pemkab Kediri).

Kediri, (afederasi.com) - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) menargetkan pada 2023 semua kelompok tani (Poktan) di Kabupaten Kediri mendapatkan penyuluhan pupuk organik.

Hal ini dilakukan guna mensukseskan program Desa Inovasi Tani Organik (DITO) yang dicanangkan Bupati sejak 2021 lalu. 

Pelatihan pembuatan pupuk organik ini terus dilakukan kepada para petani. Dari data yang diberikan, hingga Februari 2023 ini tercatat pelatihan telah dilakukan kepada petani di 156 desa. 

"Pada 2023 ini penyuluh pertanian memiliki program penyuluhan dan sosialisasi pupuk organik kepada semua Poktan di Kabupaten Kediri," kata Plt Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri Anang Widodo melalui Kepala Bidang Pengelolaan Pangan Rini Pudyasturi, Rabu (1/3/2023).

Di Kabupaten Kediri terdapat sekitar 1600 Poktan. Adapun bagi Poktan yang telah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan pembuatan pupuk organik dalam program itu menyediakan tiga petak lahan sebagai demplot. Rinciannya, satu petak penggunaan full pupuk kimia, satu petak full organik, satu petak menggunakan pupuk kimia maupun organik dengan perbandingan 50 persen.

Tujuannya supaya para petani lebih mudah membedakan hasil produksi antara penggunaan pupuk kimia dengan yang menggunakan organik.

Mengingat kesuburan tanah pada penggunaan pupuk organik harus bertahap, pendampingan akan dilakukan sampai masa panen dan pada musim tanam berikutnya hingga petani benar-benar bisa melakukan aplikasi secara mandiri.

"Bagi petani yang tertarik menerapkan full organik, akan dilakukan pendampingan sampai mendapatkan sertifikasi organik," ungkapnya.

Petani yang menerapkan lahan full organik di Kabupaten Kediri menyebar di tiga kluster, yakni Kecamatan Purwoasri, Kepung dan Semen dengan luasan lahan 30 hektar.

Dari tiga kluster itu, dicontohkan untuk komoditas padi di Purwoasri pemasarannya telah menembus swalayan di Kediri maupun pengiriman wilayah Jawa dan Bali. 

Seiring peningkatan kesuburan tanah, jumlah produktivitas diakui mengalami peningkatan. Rini mencontohkan, pada tahun 2022 dalam satu bulan petani organik berhasil melakukan pemasaran 700 kg beras organik dan 2023 ini dalam dua bulan terakhir tiap bulannya berhasil melakukan pemasaran beras organik 1 ton tiap bulannya.

Petani yang telah menerapkan pertanian full organik di lahan seluas 30 hektar itu telah mengantongi sertifikat organik.

Sedang, saat ini ada penambahan sekitar 5 hektar yang tengah dalam pencatatan untuk memperoleh sertifikat organik dengan pembiayaan pengurusan yang dibantu Pemerintah Kabupaten Kediri.

"Untuk mendapatkan sertifikat organik itu harus konsisten tidak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida," terangnya.

Dengan pertanian organik ini, biaya produksi dapat ditekan karena petani tidak lagi ketergantungan dengan pupuk kimia. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pertanian organik tidak bisa dilakukan seketika. 

Petani harus bersabar untuk memperbaiki atau menetralisir tanah dari yang sebelumnya biasa menggunakan pupuk kimia. Begitupun setelah berjalan dan menikmati hasilnya, diyakini akan banyak petani yang tertarik beralih ke tani organik.

"Jadi tani organik ini enggak bisa dari kimia langsung diganti ke organik ini perlu proses yang cukup panjang," tuturnya.

Terpisah, Jaenuri, seorang petani organik Kecamatan Purwoasri mengaku telah mencoba menggunakan Biosaka dan merasakan manfaatnya. Berdasarkan pengalamannya Biosaka tersebut mengurangi penggunaan pupuk organik padat (POP) maupun pupuk organik cair (POC). 

"Saat ini banyak yang tertarik mencoba, karena hasil produksi juga bertambah," ujarnya. (sya/dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow