Pengrajin Kayu Gmelina Raup Omzet Jutaan Rupiah
Jombang, (afederasi.com) – Seorang pemuda asal Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, membuktikan bahwa kreativitas dapat menyulap kayu sederhana menjadi sumber penghasilan yang menguntungkan.
Cokro Retantoko (32), dengan keterampilan tangannya, mengolah kayu gmelina menjadi berbagai produk kerajinan bernilai jual tinggi, mulai dari lukisan kayu hingga suvenir, dengan omzet mencapai jutaan rupiah setiap bulannya.
Kayu gmelina dipilih Cokro sebagai bahan baku utama karena memiliki karakteristik yang unik. “Saya pakai kayu gmelina karena memiliki warna yang cerah, sehingga terlihat bagus untuk dijadikan sebagai media sketsa,” ujarnya, Selasa (18/11/2025).
Dalam bisnis kerajinan kayunya, Cokro menawarkan beragam produk. Karya-karyanya meliputi lukisan kayu, ukiran foto, papan dekorasi, kotak cincin, seserahan, buket kayu, hingga dekorasi untuk acara-acara spesial.
Harga yang ditawarkan sangat beragam, menyesuaikan dengan ukuran dan tingkat kerumitan pengerjaan. Untuk lukisan kayu berukuran kecil, harganya dimulai dari Rp140 ribu.
Sementara untuk ukuran sedang, harganya berkisar antara Rp750 ribu hingga Rp1,2 juta. Karya terbesarnya, yaitu ukiran wajah berukuran jumbo 1x1,5 meter, bisa mencapai harga fantastis, Rp7,5 juta.“Harga tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya,” jelas Cokro.
Dengan kapasitas produksi yang mampu mencapai tiga karya ukuran kecil per hari, usaha rumahan Cokro ini tidak hanya melayani pesanan dari dalam negeri. Karyanya telah menembus pasar internasional. “Paling jauh kirim ke China dan Jerman,” kata dia dengan bangga.
Kunci kesuksesan bisnisnya terletak pada pemanfaatan pemasaran digital. Tanpa mengandalkan toko fisik, Cokro memasarkan seluruh produknya melalui media sosial dan berbagai platform marketplace. Strategi ini terbukti efektif menjangkau konsumen yang lebih luas.
“Promosinya dari marketplace, Alhamdulillah omzet bisa jutaan setiap bulan,” tuturnya. Usaha kerajinan kayu ini tercatat mampu membukukan omzet rata-rata sekitar Rp5 juta per bulan.
Cokro juga membeberkan proses kreatif di balik setiap karyanya yang detail dan memukau. Semuanya dimulai dari pemilihan kayu untuk memastikan kualitas bahan baku.
Setelah kayu dibersihkan dan dikeringkan, barulah diproses menjadi media gambar. “Pertama membuat sketsa, kemudian mempertegas garis pakai pensil sebelum masuk pada tahap pendetailan pada karya wajah,” jelasnya.
Tahap akhir adalah finishing dengan menggunakan clear untuk menonjolkan warna alami kayu sekaligus menjaga ketahanan produk agar awet dan tahan lama.
Kisah sukses Cokro Retantoko ini menjadi inspirasi bagi banyak pemuda, menunjukkan bahwa dengan ketekunan, kreativitas, dan pemanfaatan teknologi, usaha rumahan bisa berkembang pesat dan bersaing di pasar global.
Kerajinan kayu dari Jombang ini membuktikan bahwa potensi lokal memiliki nilai jual yang tinggi jika diolah dengan inovasi dan sentuhan seni. (san).
What's Your Reaction?


