Pemimpin Selanjutnya Tentukan Indonesia Jadi Negara Maju, Presiden: Peluangnya 13 Tahun ke Depan

Joko Widodo, mengemukakan bahwa masa kepemimpinan berikutnya akan memegang peran kunci dalam usaha Indonesia untuk mencapai status negara maju.

21 Aug 2023 - 09:35
Pemimpin Selanjutnya Tentukan Indonesia Jadi Negara Maju, Presiden: Peluangnya 13 Tahun ke Depan
Presiden Jokowi saat menghadiri Pengukuhan Kepengurusan DPP dan Peresmian Pembukaan Rakernas GAMKI Tahun 2023, di Lapangan Banteng, Medan, Sumut, Sabtu (19/08/2023). (Foto: BPMI Setpres)

Medan, (afederasi.com) - Presiden RI, Joko Widodo, mengemukakan bahwa masa kepemimpinan berikutnya akan memegang peran kunci dalam usaha Indonesia untuk mencapai status negara maju. Dalam pidato yang disampaikannya di acara Pengukuhan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Tahun 2023 di Kota Medan, Presiden menyoroti bahwa peluang Indonesia untuk mencapai visi tersebut terbatas pada jangka waktu 13 tahun ke depan.
 
Ditegaskan oleh Presiden Jokowi, "Peluangnya—opportunity-nya (menjadi negara maju), hanya berada dalam kurun 13 tahun ke depan ini. Sehingga pemimpin ke depan ini sangat-sangat menentukan negara kita ini bisa melompat maju atau tidak."
 
Presiden juga menggarisbawahi potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia sebagai faktor penentu dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu indikator potensi tersebut adalah peluang bagi Indonesia untuk masuk dalam lima besar ekonomi terkuat di dunia. "Dengan potensi yang kita miliki, bisa kita ini menjadi masuk dalam lima besar ekonomi terkuat dunia, bisa masuk. Tetapi memang tantangannya juga tidak mudah," jelasnya.
 
Dalam konteks ini, Presiden Jokowi juga menegaskan peran penting dari kepemimpinan Indonesia pada tahun 2024, 2029, dan 2034. Menurut beliau, masa-masa tersebut akan sangat menentukan arah kemajuan Indonesia dan apakah negara ini mampu melepaskan diri dari status negara berpendapatan menengah.
 
“Hati-hati kepemimpinan di 2024, 2029, 2034 itu sangat menentukan sekali,” tegas Presiden.
 
Dalam analisis lebih mendalam, Presiden Jokowi mengutip contoh sejumlah negara yang gagal memanfaatkan peluang serupa dan tetap berada dalam status negara berkembang. Sebagai contoh, negara-negara Amerika Latin pada tahun 60-an dan 70-an sebenarnya memiliki peluang untuk melompat maju, tetapi kurang mampu memanfaatkannya dengan optimal, sehingga hingga saat ini tetap berada dalam kategori negara berkembang.
 
“Sudah puluhan kali saya ingatkan karena di negara-negara Amerika Latin, tahun 60, tahun 70 sudah masuk menjadi negara berkembang seperti sekarang kita—yang kita miliki sekarang ini, sampai sekarang mereka tetap menjadi negara berkembang karena saat diberi kesempatan, diberi peluang untuk melompat maju tidak gunakan,” papar Presiden.
 
Presiden Jokowi mengakhiri pidatonya dengan mengimbau seluruh masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih pemimpin Indonesia ke depan. Ia menegaskan pentingnya memilih pemimpin yang mampu memaksimalkan peluang-peluang yang ada, guna meraih tujuan lompatan menuju status negara maju.
 
"Kita semuanya harus sangat berhati-hati untuk memilih pemimpin kita agar bisa lompatan kita menjadi negara maju dengan GDP, dengan PDB ekonomi yang sesuai dengan standar negara maju," tandas Presiden. (mg-3/jae)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow