Kisah Mirna Salihin, Sorotan Kasus Tragis dan Spekulasi Terbaru

Kejanggalan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh Jessica Wongso dengan kopi sianida terus bermunculan.

05 Oct 2023 - 13:29
Kisah Mirna Salihin, Sorotan Kasus Tragis dan Spekulasi Terbaru
Ahli forensik Dokter Djaja Surya Atmadja. (Netflix Indonesia/Ice Cold)

Jakarta, (afederasi.com) - Kejanggalan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh Jessica Wongso dengan kopi sianida terus bermunculan. Apalagi setelah dirilisnya film dokumenter oleh Netlfix Indonesia yang berjudul "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso". Mirna Salihin, seorang perempuan yang menjadi korban dalam tragedi ini, tetap menjadi fokus perbincangan.

Dalam film itu, seorang dokter ahli forensik sempat membantah jika kopi sianida yang menyebabkan Mirna tewas. Dokter ahli forensik itu adalah dr. Djaja Surya Atmadja yang bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Meski demikian, perdebatan mengenai penyebab kematian Mirna Salihin masih terus berlanjut.

dr. Djaja Surya Atmadja menjadi sosok yang turut menangani jenazah Mirna saat dibawa ke RSCM pada 2016 silam. Kala itu, ia turut melakukan penyelidikan mengenai penyebab kematian Mirna. Namun, pernyataannya tentang tidak adanya tanda-tanda kontaminasi sianida yang berpengaruh terhadap reaksi tubuh Mirna sesaat setelah meninggal dunia memicu pertanyaan lebih lanjut.

Tak hanya itu, ia secara gamblang mengungkap keyakinan bahwa penyebab Mirna bisa meninggal dunia bukan karena sianida, seperti yang dituduhkan sebelumnya. Meskipun banyak pertanyaan yang belum terjawab, kesaksian dr. Djaja tetap menjadi salah satu elemen kunci dalam menyelidiki kematian misterius Mirna Salihin.

Kesaksian dr. Djaja itu langsung membuat berbagai spekulasi liar bermunculan. Lalu, siapa sosok dr. Djaja sebenarnya? Kariernya sebagai dokter ahli forensik yang mendalami ilmu kedokteran dan hukum memberikan perspektif unik terkait kasus ini.

Pria kelahiran Jakarta, 19 Mei 1960 ini merupakan salah satu dokter ahli forensik sekaligus dokter forensik DNA pertama di Indonesia. Kariernya sebagai ahli forensik pun sudah dijajakinya sejak lama. Salah satu kasus yang dihadapi oleh dr. Djaja adalah kasus tragis Mirna Salihin yang belum sepenuhnya terpecahkan.

Saat ini, Djaja diketahui masih aktif bekerja sebagai dosen di Universitas Indonesia prodi Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal. Keahliannya dalam bidang forensik turut berkontribusi pada penanganan berbagai kasus penting, termasuk kasus yang melibatkan Mirna Salihin.

Djaja merupakan alumni fakultas kedokteran Universitas Indonesia yang akhirnya mendalami soal studi forensik. Bukan hanya bergelar sarjana kedokteran, Djaja juga menyelesaikan studi sarjananya di jurusan Ilmu Hukum Universitas Indonesia. Kombinasi pendidikan ini memberikan wawasan yang mendalam terkait aspek medis dan hukum dalam kasus-kasus seperti yang dialami Mirna Salihin.

Pendidikan studi forensik kembali dilanjutkan Djaja usai lulus dari National School of Public Health, Utrect, Belanda dan studi Forensic Pathologist di Universitas Indonesia. Ia juga berhasil meraih gelar doktor dari Kobe University. Pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya membentuk perspektif yang penting dalam membahas kasus-kasus kematian yang rumit seperti Mirna Salihin.

Selain berprofesi sebagai seorang dokter, Djaja juga bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai ahli forensik. Ia juga sering dilibatkan dalam penyelidikan kasus kriminal yang membutuhkan penelitian secara forensik, termasuk kasus kopi sianida yang menewaskan Mirna Salihin. Keterlibatannya dalam kasus-kasus sensitif ini menunjukkan dedikasi tinggi untuk membawa keadilan.

Sosoknya juga pernah menangani kasus kematian David Hartanto Widjaja, mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) Singapura yang diduga bunuh diri dengan lompat dari lantai 4 kampusnya pada tahun 2019 lalu. Pengalaman dan keahlian Djaja dalam menangani berbagai kasus membantu membawa cahaya pada kasus-kasus yang kompleks dan sulit dipecahkan.

Pengakuan mengejutkan terungkap dari kesaksian dr. Djaja dalam persidangan kasus kopi sianida di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) pada Rabu (7/9/2016) silam. Kesaksian ini membuka diskusi lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan yang merenggut nyawa Mirna Salihin.

Saat dimintai keterangan, dr. Djaja secara gamblang mengungkap teori kadar sianida yang dapat menyebabkan seseorang meninggal dunia. Setidaknya dibutuhkan 150 mg hingga 250 mg zat sianida untuk membunuh seseorang. Namun, pertanyaan mengenai apakah sianida memang menjadi penyebab utama kematian Mirna tetap belum terjawab sepenuhnya.

"Dalam literatur yang dipublikasikan, sianida yang bisa bikin mati dalam bentuk natrium atau kalium jika dalam kadar 150-250 mg. Cairan lambung itu rata-rata ada 100 cc. Kalau sianida itu memang ada (di tubuh Mirna), baunya pasti tercium," ungkap Djaja dalam persidangan, seperti yang dilansir dari suara.com media partner afederasi.com. Keterangan ini menjadi bagian dari bukti dan fakta yang menjadi perdebatan dalam mencari kebenaran di balik kematian tragis Mirna Salihin.

Tak hanya itu, Djaja juga menyebut bahwa kadar 0,2 mg sianida yang ditemukan di sampel lambung Mirna tidak bisa menyebabkan kematian. Penjelasan ini memberikan dimensi baru dalam analisis forensik terhadap kasus ini dan menambah kompleksitas dalam memahami peran sianida dalam kematian Mirna.

"Jadi saya bilang, kematian Mirna bukan karena sianida, Pak. Kalau di orang normal saja, kita coba periksa darahnya, lambung kita pasti ada senyawa sianidanya. Ada sianida sedikit? Ya tidak apa-apa," papar Djaja. Pernyataan ini menjadi salah satu elemen penting yang terus dipertimbangkan dalam penegakan hukum terkait kasus Mirna Salihin.

"Kalau sianida masuk begitu banyak, maka sianida bisa meracuni tubuh. Kalau memang tidak ada di lambung, ya artinya tidak ada sianida di lambung," lanjutnya yang disambut tepuk tangan para hadirin sidang. Penjelasan ini menjadi dasar dari penalaran ilmiah yang terus digali untuk memahami secara lebih mendalam apakah sianida benar-benar menjadi penyebab kematian Mirna.

Hingga kini, kasus kematian Mirna akibat kopi sianida masih diwarnai banyak kejanggalan. Pengacara Jessica Wongso, Otto Hasibuan, bahkan mendesak agar kasus ini dibuka kembali. Munculnya fakta baru dan perspektif forensik yang terus berkembang membuka peluang untuk penyelidikan lebih lanjut, dengan tujuan mengungkap kebenaran dan membawa keadilan bagi Mirna Salihin serta keluarganya. (mg-3/mhd)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow