Desa Jatirenggo Lamongan Kembangkan Wisata Kuliner Tepi Bengawan

26 Nov 2025 - 18:57
Desa Jatirenggo Lamongan Kembangkan Wisata Kuliner Tepi Bengawan
Salah Satu Spot Foto Wisata Kuliner Pinggir Bengawan Desa Jatirenggo. (Iyan Farik/ afederasi.com).

Lamongan, (afederasi.com) - Desa Jatirenggo, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan, menjadi salah satu penerima program Desa Berdaya dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Provinsi Jawa Timur pada tahun 2025. Program ini fokus pada pengembangan wisata kuliner pinggir Bengawan Solo, dengan mengangkat ikon udang galah atau conggah yang pernah viral, kini kembali dengan menu tambahan untuk mendorong kebangkitan ekonomi masyarakat.

Kepala Desa Jatirenggo, Try Deasy Kusuma Ning Ayu, menjelaskan bahwa bidang usaha yang dikelola desa ini berbentuk BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang berdaya, dengan fokus utama pada wisata kuliner. "Kebetulan pada tahun 2025 ini desa Jatirenggo mendapatkan program Desa Berdaya dari Dinas PMD Provinsi Jawa Timur dan ini kita fokuskan kepada wisata kuliner pinggir Bengawan dengan mengangkat ikon conggah atau udang galah yang sudah pernah viral pada masanya," ujarnya.

Ia menambahkan, Wisata Kuliner Pinggir Bengawan ini tidak hanya menawarkan rasa kuliner, tetapi juga keunikan penyajian untuk memotivasi pelaku UMKM di desa. "Sekarang kita reborn kembali dengan menu yang tentunya tidak hanya berfokus pada udang conggah tetapi ada tambahan menu-menu yang lain, contohnya yaitu ada garang asem bambu. Jadi kita menjual di samping rasa kita juga menjual keunikan dari penyajiannya," kata Try Deasy.

Dampak program yang dihasilkan pun dinilai luar biasa, terutama di bidang ekonomi, dengan pemberdayaan tambahan seperti membatik dengan corak conggah khas Desa Jatirenggo. "Dampaknya sangat luar biasa, terutama di bidang ekonomi, karena wisata kuliner ini tidak hanya menyajikan kuliner, melainkan ada pemberdayaan yang kita masukkan di sini, yaitu pemberdayaan membatik yang tadi sudah kita saksikan, ada batik yang khasnya juga khas conggah," jelasnya.

Menu yang ditawarkan meliputi kelan conggah sebagai maskot atau menu utama, rica-rica belut, berbagai ikan asapan (laut dan Bengawan), garang asem, dan ayam bakar utuh. Harga bervariasi, dengan kelan conggah mulai Rp50.000 tergantung porsi, sementara garang asem ayam kampung separuh Rp85.000 yang bisa dinikmati enam orang. "Menunya ada, tetap maskotnya tetap ada kelan conggah, ada rica-rica belut, ada berbagai macam ikan asapan, baik ikan laut maupun ikan Bengawan," ungkapnya.

Sedangkan sensasi yang ditawarkan daru lokasi Wisata Kuliner Pinggir Bengawan adalah kembali ke alam, dengan suasana desa asri dan pemandangan tepi Bengawan Solo. "Sensasinya tetap kita back to nature ya. Kita menjual suasana desa yang asri, yang ini benar-benar alami. Di samping view-nya yang luar biasa di tepi Bengawan Solo," tambahnya.

Sementara itu, Rahadi Puguh, Kabid Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Dinas PMD Lamongan, menjelaskan bahwa program Desa Berdaya bertujuan untuk mengangkat ekonomi desa melalui BUMDes. Menurutnya, pada tahun 2025 ini Kabupaten Lamongan mendapat dua lokasi desa berdaya. "Jadi, dua desa di tahun 2025 ini ada Desa Jatirenggo, Kecamatan Glagah, dan Desa Klagensrampat di kecamatan Maduran," katanya.

Dampak yang diharapkan pun nantinya dapat mengangkat UMKM dan meningkatkan pendapatan masyarakat. "Dampaknya diharapkan mampu mengangkat usaha-usaha kecil di wilayah Jatirenggo ini. Semoga saja ini menjadi pilar utama untuk menambah tingkat pendapatan masyarakat di Desa Jatirenggo," ujar Puguh.

Sedangkan untuk indikator Pemilihan Desa Berdaya, menurut Puguh, berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang tinggi. "Indikatornya dari IDM, yang kemudian ada parameter-parameter sendiri, nilai. Nilai itu dinilai, nilainya tinggi, seperti Desa Mandiri itu ada nilainya. Jadi, mungkin pilihannya di provinsi ini dianggap bahwa nilainya tinggi oleh provinsi, yaitu Desa Jatirenggo," jelasnya.

Pihaknya menyebut jika potensi serupa ada di desa lain, seperti di Kecamatan Paciran, Desa Kranji, dan Desa Drajat. Untuk menjaga keberlanjutan, Dinas PMD Lamongan rutin melakukan monitoring dan evaluasi. "Keberlanjutannya adalah bagaimana kita melakukan proses monitoring, evaluasi, sekaligus memberikan rekomendasi untuk beberapa kegiatan-kegiatan penting yang nanti bisa dilaksanakan oleh desa dalam pengembangan wisata desa ini," katanya.

Puguh berharap program ini menjadi ikon baru, termasuk promosi batik conggah, dan menjadikan desa sebagai sumber devisa. "Ya, mudah-mudahan ini alternatif terbaru yang diinisiasi oleh Jatirenggo, terutama pada Batik Conggah. Karena kita juga sudah mempromosikan itu di tingkat Jatim. Sekaligus kita ajukan untuk duta ekspo begitu. Jadi desa devisa nanti ke depannya," pungkasnya. (yan)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow