Usai Digerus Pandemi, Ibu di Kediri Berdayakan Warga Lewat Kerajinan Tas Anyam Plastik
Banyak sekali ragam usaha sederhana rumahan, yang menciptakan lapangan kerja baru, usai pandemi Covid-19 datang.
Kediri, (afederasi.com) - Banyak sekali ragam usaha sederhana rumahan, yang menciptakan lapangan kerja baru, usai pandemi Covid-19 datang.
Tentunya dengan penghasilan yang cukup lumayan bisa dirasakan. Salah satunya kerajinan tas anyaman plastik yang berada di Desa Krenceng Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Afifah Chusnul (31) kepada afederasi.com menjelaskan, usaha itu dirintis sejak pandemi masuk di Indonesia pada Maret tahun 2020 silam.
Melihat banyaknya ibu di sekitar rumah Evi sapaan akrabnya, membuat tergerak untuk bekerjasama dengan usaha tas anyaman tersebut.
Sebelum itu, Evi beserta ibu PKK lainnya mengikuti pelatihan tas anyaman di desa setempat. Sepulang pelatihan, pihak desa mempercayakan ilmu yang didapat untuk bisa dikembangkan lebih luas di rumah.
"Awalnya ikut pelatihan sebelum Covid-19, ilmunya saya praktikkan di rumah sampai sekarang," katanya, Rabu (28/6/2023).
Evipun mengawali usaha itu dengan membuat anyaman tas dari bahan sisa pelatihan bersama warga sekitar.
Satu demi satu ibu rumah tangga di Desa Evi gabung hingga menjadi kelompok usaha tas anyaman yang diberi nama tas anyaman bu RT.
"Alhamdulillah sekarang sudah ada 15 ibu-ibu yang bergabung di lingkungan sini," terangnya.
Evi menuturkan tak mudah dalam mengembangkan usaha seperti ini. Itu dikarenakan harus dilakukan dengan keuletan dan kesabaran.
Tak ayal, Evi mengaku harus memutar uang hasil produksi untuk modal kembali agar bisa terus berjalan. Permodalan seperti kredit usaha rakyat dari BRI menjadi salah satu solusi Evi dalam pengembangan usaha.
Bunga yang ringan ditambah jangka pelunasan yang fleksibel setiap tahun dua kali angsur menjadi pilihan dikala usaha yang berkembang.
"Awalnya Rp 100 rupiah pun kami tidak mengambil keuntungan, upah ibu-ibu tidak dibayarkan tapi dipinjam untuk modal lagi, yang penting bisa jalan dulu usahanya," akunya.
Pengembangan usaha dari ibu tiga anak inipun membuahkan hasil. Dengan memodifikasi motif, bentuk tas dan membidik pasar souvenir lewat market place seperti shopee dan tokopedia, Evi kemudian mandiri dengan usaha tas anyam ini.
"Branding dengan kesan wah, style dengan kombinasi warna elegant serta bentuk tas mungil. Alhamdulillah sekarang sudah bisa berjalan, bisa memberi manfaat bagi orang lain,mewujudkannya kemandirian ekonomi bagi ibu-ibu," terangnya.
Hasil inovasinya akhirnya mulai dipasarkan di media sosial, dan mampu menembus pasar pulau Jawa hingga Sumatera
Harga yang dibandrol berkisar Rp 5 ribu hingga Rp 30 ribu. Rata-rata Evi menjual sekitar 1000 tas anyaman perbulan dengan penghasilan Rp 7 hingga Rp 10 juta perbulan.
"Selain itu banyak yang pesan langsung ke rumah utamanya warga Kediri," ungkap Evi yang juga sebagai Ibu RT 09 ini.
Seiring dengan jumlah pemesan yang terus bertambah dan pemasukan yang besar, Evi berharap ke depan bisa lebih banyak lagi ibu sekitar yang bergabung.
"Semoga bisa menjadi sentra home industry dan bisa merambah ke pasar manca negara," harapnya.(sya/dn)
What's Your Reaction?






