Bisnis Tanaman Hias Kian Menggeliat, Begini Rahasia Huri Eksis Sejak Tahun 2000
Kediri, (afederasi.com) - Berkecimpung dalam dunia usaha tanaman hias sejak tahun 2000 membuat Huri (49) warga Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri harus terus berinovasi.
Betapa tidak, ditengah banyaknya pesaing dalam usaha sejenis, kerap kali banyak bermunculan penjual musiman dengan berbagai tanaman eksis dan harga yang cukup murah.
"Kalau usaha memang sudah dari turun temurun. memang mayoritas penduduk di sini profesinya sebagai penjual tanaman hias," terangnya, Selasa (27/6/2023).
Huri yang masih eksis menjual tanaman hias sejak tahun 2000 silam menuturkan jika jenis tanaman hias yang ia kembangkan terbilang lengkap dan beragam.
Beberapa tanaman baru juga ia tanam sebagai salah satu cara Juri mendapatkan persidangan bibit tanaman hias baru. Seperti tanaman hias jenis aglaonema, keladi philodendron, janda bolong, kuping gajah hingga jenis palem.
"Tanaman palem kuning, palem merah juga ada di sini, dan masih banyak lagi. Jenis tanaman yang trend
Kuping gajah dijual mulai dari Rp 5 ribu - 10 ribu. Ada juga yang jutaan, itu jenis yang langka," tutur Huri.
Dari 23 tahun ini, Huri telah mempunyai banyak langganan. Mulai dari Kabupaten Nganjuk, Kabupaten dan Kota Malang hingga daerah Sumatera dan Kalimantan.
Meski begitu, kendala seperti cuaca dan ketersediaan pupuk menjadi salah satu faktor terjadinya gagal pembibitan. Bahkan Guru mengaku sesekali tidak menghasilkan tanaman silang karena hujan yang tak menentu.
"Kalau cuaca tak mendukung akhirnya biji tidak mau tumbuh dan gagal," paparnya.
Menengok sekilas saat pandemi lalu, Huri dan keluarga mengaku mendapat rejeki nomplok. Betapa tidak, tanaman hias Huri selalu ludes karena trend aglaonema dan janda bolong.
Bak ketiban durian runtuh, dalam satu hari, Huri bisa menjual hingga 20 tanaman dengan rentan harta Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta.
"Alhamdulillah dapat rejekinya juga pas ramai saat pandemi kemarin," kata Huri.
Namun, usia pandemi, saat ini tanaman hias kian hari kian menurun untuk harga pasaran. Tak mau ikut terpuruk, Huri beserta kelompok tanaman hias di Dusun Trate ini mencoba dengan membuat sebuah pameran dan promosi dengan menggandeng pihak dinas terkait.
Hal ini tentunya menjadi peluang dan tantangan baru bagi pembudidaya seperti Huri.
"Untuk saat ini tak tentu, kadang seminggu 2-3 tanaman saja," urainya.
Sementara itu, dengan dibantu sang istri, Dewi Nur Kholiyah (39) dalam permodalan menggunakan program kredit usaha rakyat (KUR), usaha Huri kini semakin eksis dan terus dilirik para pecinta tanaman hias.
Dewi yang juga menjadi salah satu Agen BRILink setempat mengaku dengan berjualan dan membantu usaha bercocok tanam sang suami, bisa saling melengkapi.
Dia mencontohkan jika mengandalkan pinjaman dan tak memutar untuk usaha lain, seperti menjadi agen BRilink saja maka perlu operasional lebih. Ceritanya menjadi lain saat disandingkan sebagai agen jasa keuangan atau penjual sembako serta usaha tanaman.
"Alhamdulillah saya juga dipercaya sebagai agen usaha mikro juga. Hasilnya bisa buat tambah suami modal di pembibitan tanaman hias. Kalau dulu sekitar Rp 20 juta kami pinjam untuk diputar lagi sebagian modal," terang Dewi.
Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan pasar tanaman hias, Huri sekeluarga juga dibantu produksi dengan memberdayakan masyarakat sekitar. Jumlah petani mitra binaan mencapai puluhan orang yang tersebar di Dusun Trate dan luar Desa Banjarejo. (sya/dn)
What's Your Reaction?


