Semangka: Simbol Dukungan Palestina yang Menguat di Tengah Konflik dengan Israel

Protes anti-Israel semakin berkecamuk di tengah konflik dengan Hamas. Kini, muncul simbol semangka sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.

02 Nov 2023 - 13:06
Semangka: Simbol Dukungan Palestina yang Menguat di Tengah Konflik dengan Israel
Ilustrasi semangka (Unsplash.com/Sahand Babali)

Jakarta, (afederasi.com) - Protes anti-Israel semakin berkecamuk di tengah konflik dengan Hamas. Kini, muncul simbol semangka sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina. Seperti yang dikatakan oleh aktivis pro-Palestina, "Semangka adalah simbol solidaritas yang kuat bagi kita," seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com.

Semangka tampaknya adalah buah paling ikonik untuk mewakili Palestina. Lantas bagaimana asal usul semangka sampai menjadi simbol dukungan untuk Palestina yang kini tengah ramai di media sosial? Simak penjelasan berikut ini.

Asal usul semangka jadi simbol dukungan untuk Palestina berawal dari larangan bendera negara tersebut. Warna semangka yakni merah, putih, hitam, dan hijau dianggap mirip dengan warna bendera Palestina, seperti yang diungkapkan oleh seorang ahli sejarah, "Semangka menjadi cara kreatif bagi orang-orang Palestina untuk mengekspresikan identitas mereka."

Apalagi, buah semangka juga memang melambangkan budaya dan identitas negara. Tanaman semangka biasa ditanam di seluruh Palestina dari Jenin sampai Gaza. Semangka juga jadi bagian dari berbagai masakan serta banyak muncul dalam literatur nasional, seperti yang disebutkan oleh seorang peneliti budaya Palestina, "Semangka adalah bagian tak terpisahkan dari kisah kita."

Selama bertahun-tahun, semangka telah menjadi simbol perlawanan dan digunakan oleh warga Palestina untuk memprotes penindasan Israel terhadap identitas dan terutama bendera mereka. Kali ini simbol semangka pun kembali ramai diunggah warganet, yang menunjukkan kekuatan simbolisme dalam perjuangan Palestina.

Sebenarnya penggunaan semangka sebagai bentuk dukungan pada Palestina bukanlah hal baru. Semangka menjadi simbol solidaritas Palestina sejak tahun 1967 ketika Israel menduduki Tepi Barat dan Gaza serta mencaplok Yerusalem Timur. Seperti yang diungkapkan oleh seorang sejarawan Palestina, "Semangka adalah alat perlawanan yang tak tergantikan."

Ketika itu, pemerintah Israel mendeklarasikan bahwa memajang bendera Palestina akan dianggap sebagai tindak pidana di Gaza dan Tepi Barat. Setiap ada bendera Palestina berkibar, meski ada dalam suatu publikasi hingga iklan dan foto-foto lama, warga bisa terancam hukuman penjara bahkan bisa lebih buruk lagi.

Untuk menghindari larangan itu, warga Palestina mulai menggunakan semangka yang memiliki kombinasi warna serupa dengan benderanya sebagai simbol atas bendera negaranya. Buah segar ini lantas muncul di berbagai karya seni, kemeja, grafiti, poster dan karya lainnya yang mengandung perlawanan terhadap zionis. Sejarawan Palestina mengatakan, "Semangka adalah cara cerdas untuk memprotes dalam situasi yang penuh tekanan."

Namun, perjalanan simbol semangka ini tidak selalu berjalan mulus. Ketika awal warga menunjukkan protes melalui semangka, pemerintah Israel menutup pameran di Ramallah yang menampilkan beberapa karya seni semangka.

Bukan hanya larangan penggunaan bendera Palestina, Israel juga melarang penggunaan warna serupa dengan bendera itu. Ini adalah contoh konkret tentang bagaimana simbolisme semangka telah menjadi alat perjuangan melawan pembatasan dan penindasan.

Larangan terhadap bendera Palestina itu baru dicabut pada tahun 1993, setelah ada Kesepakatan Oslo (Oslo Accords) yang mensyaratkan pengakuan bersama oleh Israel dan Palestina. Kesepakatan ini menjadi perjanjian formal Israel-Palestina pertama yang mencoba menyelesaikan konflik kedua wilayah selama beberapa dekade.

Penggunaan semangka sebagai simbol Palestina juga merebak pada tahun 2007 saat peristiwa Intifada Kedua. Pada tahun 2021, semangka juga kembali populer saat pengadilan Israel memutus keluarga Palestina di Yerusalem Timur untuk diusir dari rumah mereka guna memberi jalan bagi para pemukim.

Pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memberi polisi negara Israel kewenangan untuk menyita bendera Palestina. Langkah tersebut lalu diikuti dengan pemungutan suara untuk melarang bendera Palestina ditampilkan di institusi yang dibiayai pemerintah, termasuk universitas. RUU ini awalnya lolos, tapi kemudian batal setelah Israel membubarkan parlemen.

Pada Juni lalu, Zazim, organisasi masyarakat Arab-Israel, meluncurkan kampanye memprotes penangkapan dan penyitaan bendera. Seiring dengan protes ini, gambar-gambar semangka pun terpampang di taksi-taksi yang beroperasi di Tel Aviv. Sebuah pesan kuat dari direktur Zazim, "Kami akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan kami tidak akan berhenti berjuang untuk kebebasan berekspresi dan demokrasi."(mg-3/mhd)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow