Ponpes Manbaul Hikam Role Model Moderasi Beragama dan Ekoteologi
Jombang, (afederasi.com) – Pondok Pesantren (Ponpes) Manbaul Hikam di Jombang menunjukkan komitmen nyatanya sebagai laboratorium hidup moderasi beragama dan ekoteologi.
Hal ini ditunjukkan saat menyambut Kunjungan studi lapangan peserta Pelatihan Moderasi Beragama (PMB) dan Ekoteologi dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU), Senin (24/11/2025).
Kunjungan ini dirancang sebagai ruang belajar langsung bagi para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang agama untuk menyelami praktik terbaik harmonisasi kehidupan beragama dan pelestarian lingkungan.
Pengasuh Ponpes Manbaul Hikam, Hj. Ika Maftuchah Mustiqowati, S.Ag., M.Pd., atau yang karib disapa Ning Ika, beserta Komunitas Lintas Iman menyambut hangat kedatangan rombongan.
Sambutan meriah ditampilkan melalui Tari Saman dari siswa MTs dan MA Al Hikam serta pertunjukan Wayang Potehi khas Tiongkok, menyimbolkan keterbukaan pesantren terhadap keragaman budaya.
Dalam pemaparannya, Ning Ika menegaskan bahwa sejumlah program ekologis di pesantrennya bukan sekadar aktivitas sampingan, melainkan telah terintegrasi dalam kurikulum yang mengajarkan Fiqih Lingkungan dan prinsip Rahmatan lil ‘Alamin.
“Berbagai program kami kembangkan sebagai bagian dari pembelajaran untuk menanamkan akhlak terhadap lingkungan,” ujar Ning Ika.
Berikut program unggulan yang dipamerkan kepada peserta:
1. Sedekah Sampah yang melibatkan santri dan masyarakat.
2.Produksi pembalut ramah lingkungan (mispad).
3.Pengelolaan sampah plastik dengan ecobrick.
4.Sabun dari minyak jelantah untuk kurangi limbah.
5.Pengolahan produk berbahan daun tin.
6.Pembuatan kertas daur ulang untuk kerajinan.
Atas berbagai terobosannya, ponpes ini telah menyandang status ekopesantren dan meraih penghargaan bergengsi seperti Adiwiyata Mandiri dan Inisiator Muda Moderasi Beragama dari Kemenag RI.
Perwakilan UIN SATU menyatakan bahwa Ponpes Manbaul Hikam dipilih karena kemampuannya menerjemahkan konsep ekoteologi ke dalam aksi nyata. Hal ini dirasakan langsung oleh peserta dari berbagai agama.
Pdt. Diah Nurani dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jombang mengaku terinspirasi. “Semangat menjaga bumi adalah titik temu universal bagi semua ajaran agama, termasuk dalam Kristen,” katanya.
Sementara itu, Rohaniwan Khonghucu, Nanik Indrawati, membagikan pengalaman personalnya. Awalnya ia merasa minder sebagai bagian dari komunitas minoritas, namun keramahan warga pesantren menghapus kekhawatirannya.
“Upaya menjaga alam adalah wujud bakti kita kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa),” tegas Nanik.
Peserta diajak berkeliling untuk menyaksikan langsung proses pembuatan ecobrick, sabun minyak jelantah, dan mispad. Seorang peserta asal Manado menyatakan kekagumannya pada model kolaborasi yang dibangun.
“Kerja sama tidak harus selalu berbasis anggaran besar. Kami bertekad menindaklanjuti model ini di daerah kami,” ujarnya.
Menutup kunjungan, Dr. Sholehuunddin, Instruktur Nasional Moderasi Beragama, memberikan penegasan. Ia menyoroti pentingnya aksi nyata di luar seremoni.
“Jangan kalah dengan Manbaul Hikam dan komunitasnya yang tanpa anggaran pemerintah pun mampu berkarya. Ilmu dari pelatihan harus berdampak efektif,” pesannya.
Kunjungan ini membuktikan bahwa pesantren dapat menjadi pusat inovasi untuk isu moderasi beragama dan kelestarian lingkungan.
Ponpes Manbaul Hikam tidak hanya memberikan teori, tetapi menjadi teladan hidup bagaimana nilai-nilai luhur tersebut diwujudkan dalam tindakan sehari-hari, menebarkan inspirasi bagi lembaga pendidikan lain di Indonesia.(san)
What's Your Reaction?


