Ketika Relawan Gusdurian Mojokutho Pare Buat Sekolah Literasi Anak Difabel dan Kurang Mampu

07 Nov 2022 - 08:36
Ketika Relawan Gusdurian Mojokutho Pare Buat Sekolah Literasi Anak Difabel dan Kurang Mampu
Sinau bareng ala Gusdurian Mojokutho Pare di area Pasar Loak Pare Kediri, Minggu (6/11/2022). (foto : ist).

Kediri, (afederasi.com) - Komunitas Gusdurian Mojokutho Pare menggelar program kelas sinau bareng yang bertajuk 'SIBAGUS' akronim dari kata bisa, harus bisa, pasti bisa.

Kegiatan yang ditujukan kepada anak kurang mampu dan penyandang difabel ini digelar setiap dua hari mulai Sabtu hingga Minggu dengan tujuan meningkatkan minat belajar anak. 

"Program sinau bareng ini dilatarbelakangi oleh kesadaran teman-teman relawan akan kondisi anak-anak yang berada di sekitar Pasar Loak Pare, yang mana merupakan kawasan zona merah, didalamnya anak-anak rentan terkena pengaruh negatif seperti pergaulan bebas, narkotika, dan terpapar radikalisme," kata Koordinator Gusdurian Modjokutho Pare Kabupaten Kediri Antok Beler, Minggu (6/11/2022) kemarin. 

Program sinau bareng ini terbagi menjadi beberapa kelas yang diproyeksikan dapat menjadi ruang belajar bersama bagi anak maupun relawan yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain anak yang berada di kawasan Pasar Loak Pare, progam ini juga mentargetkan Komunitas Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Desa Sidorejo Pare. 

"Ada beberapa spesifikasi kelas diantaranya, kelas musik, kreatifitas, budaya dan adat ke-Indonesiaan, Bahasa Inggris, dan religi," papar Antok. 

Lebih jauh, Arwina selaku Koordinator Bidang Pendidikan Gusdurian Mojokutho Pare menjelaskan jika dalam program ini semua bisa belajar bersama. Artinya posisi dan kedudukan semua relawan dan anak yang ada di program ini sama seperti teman.

"Tajuk Sinau Bareng ini kami buat agar dapat menjadi teman belajar bagi siapapun, dapat membagikan ilmu pengetahuan dan kemampuan, juga menciptakan senyuman dan kebahagiaan kepada sesama terlepas dari perbedaan status sosial, jabatan, lintas budaya dan iman," ungkapnya. 

Arwina menambahkan dalam prosesnya, program ini juga melibatkan beberapa organisasi dan tokoh lintas agama seperti, Gusdurian Peduli, GP Ansor Pare, dan Sanggar anak Ranseba. Dimana beberapa organisasi yang tergabung di dalam kegiatan tersebut bisa memberi edukasi dan menciptakan ruang belajar yang aman untuk anak-anak tentang dampak pergaulan bebas, radikalisme, serta menjaga akidah dan kebhinnekaan.

Disinggung soal kesulitan dalam proses belajar mengajar tersebut, dia mengungkapkan jika para volunteer saat pendekatan pertama secara emosional kepada anak-anak berkebutuhan khusus masih kesulitan. Selain itu, fasilitas yang terdapat di ruang pembelajaran masih sangat minim sehingga suasana kondusif belajar secara intensif masih dirasa kurang.

"Diantara fasilitas yang kurang memadai adalah keadaan ruang kelas yang masih menumpang di salah satu rumah warga, jumlah bangku, media dan alat belajar yang masih sangat kurang dan tidak mencukupi. Khusus anak ABK program Sibagus fokus pada bimbingan dan pelatihan untuk kesembuhan dan perkembangan anak," paparnya. 

Meski begitu, secara umum kegiatan sibagus ini mendapat apresiasi dan antusiasme tinggi dari warga setempat. Sehingga diharapkan bisa membantu daya literasi bagi peserta didik yang tengah belajar. 

Terpisah, Ketua GP Ansor Pare, Dayat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, kegitan semacam ini penting digalakkan untuk anak-anak secara umum. Menurutnya, hal tersebut dapat menjaga anak-anak dari pengaruh ideologi radikalisme dan mempertahankan akidah ahlus sunnah wal jamaah. 

"Semoga terus tetap berjalan dan secara khusus untuk ABK Sidorejo, pendampingan yang dilakukan teman-teman sangat diperlukan, karena melihat kondisi di lapangan yang sangat butuh adanya bantuan dalam hal infrastruktur dan fasilitas belajar teman-teman ABK," ungkapnya. (sya/dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow