Kemenkes Temukan 12 Kasus Covid-19 Subvarian XBB
Jakarta, (afederasi.com) - Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, kemenkes telah mencatat 12 kasus positif subvariant Covid-19 Omicron XBB. Dari 12 kasus tersebut, umumnya dikarenakan transmisi lokal.
"Kemarin jumlahnya ada 12 orang. Dari 12 orang itu, dua orang dari perjalanan luar negeri dari Singapura. Kemudian, 10 orang itu transmisi lokal," katanya.
Menurut Syahril, seluruh pasien yang terinfeksi XBB tidak mengalami gejala berat sehinggahanya menjalani isolasi mandiri.
"Hanya beberapa dan sembuh. Memang karakteristik varian XBB sebagaimana subvarian baru dari Covid-19 itu tingkat keparahannya tidak seberat dari yang sebelumnya. Angka kematian masih belum terlalu tinggi sehingga ini menjadi semangat kita walaupun ada varian baru tapi tingkat keparahan tidak berat. Jadi yang masuk rumah sakit tidak terlalu banyak begitu juga dengan yang meninggal," ungkapnya.
Sejauh ini ada 28 negara yang telah melaporkan kasus subvarian XBB. Pemerintah pun menjadikan tiga negara seperti Singapura, India, dan Bangladesh sebagai perbandingan kasus Covid-19 subvarian Omicron. Data terbaru hingga saat ini yang diterima Kemenkes, di Singapura ada 44 kasus, India 69 kasus, dan Bangladesh 45 kasus.
Sementara itu terkait kasus Covid-19 secara keseluruhan di Indonesia, hingga 3 November 2022 jumlah yang terkonfirmasi positif sebanyak 4.951 dari 30.988 orang yang menjalani tes. Dari data itu ada 30 provinsi yang mengalami peningkatan kasus dalam seminggu terakhir. Lalu, ada empat provinsi yang mengalami penurunan dalam seminggu.
"Jumlah yang terkonfirmasi kemarin sebanyak 4.951 orang positif dari 30.988 yang ditesting yaitu meningkat 78 persen, sehingga positivity rate menjadi 15,98 persen," jelas Syahril.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, puncak gelombang berbagai varian baru Covid-19 diperkirakan akan terjadi pada satu hingga dua bulan ke depan.
"Khusus untuk wilayah Jawa dan Bali peningkatan kasus konfirmasi harian terlihat di seluruh dua provinsi itu. Selain itu peningkatan angka kematian utamanya di Jawa Tengah dan Yogyakarta juga naik cukup signifikan," kata Luhut.
Ia juga mengatakan, mengingat peningkatan kasus yang menyentuh angka 5.000 kasus per hari, pemerintah menyiapkan berbagai langkah mitigasi untuk membendung terjadinya keparahan yang lebih dalam yang disebabkan oleh varian baru.
Mitigasi itu di antaranya dengan meningkatkan kembali capaian vaksinasi booster dan terus mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan, terutama penggunaan masker di ruang-ruang tertutup.
"Hari ini saya juga menegaskan kembali bahwa pemerintah akan terus menggunakan PPKM Level sebagai basis pengetatan kegiatan bagi masyarakat yang akan terus dilakukan evaluasinya. Di akhir rasanya saya tidak akan pernah jenuh untuk mengingatkan seluruh masyarakat agar terus taat dan mematuhi protokol kesehatan demi mencegah hal buruk lainnya yang kelak terjadi," pungkas Luhut.
Peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman tak percaya bahwa di Indonesia hanya ada 12 kasus subvarian XBB. Dia menilai keterbatasan deteksi dini menjadi penyebab rendahnya kasus XBB. yang terkonfirmasi.
"Namun masalahnya bahwa varian XBB memang tetap mayoritas gejalanya ringan seperti flu. Dengan minimnya deteksi tentu ini menjadi sedikit yang terdeteksi. Padahal kasus-kasus infeksinya lebih tinggi di negara-negara maju sampai 100 ribu. Ini yang perlu disadari bahwa dia (varian) itu membawa risiko yang proporsional," tandasnya. (ans)
What's Your Reaction?