Kadispendik Banyuwangi: Terima Kasih Guru Telah Menjadi Pemandu Tauladan dan Penyemangat

Banyuwangi, (afederasi.com) - Momentum Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati setiap 25 November merupakan salah satu hari besar bagi perjalan bangsa.
Berkat guru, ribuan bahkan jutaan pelajar mampu meraih cita-cita dan membangun masa depan untuk kemajuan bangsa.
Peringatan HGN tahun 2023 yang mengangkat tema 'Bergerak Bersama, Rayakan Merdeka Belajar' menjadi ruang apresiasi kepada para guru atas semangat belajar, berbagi dan berkolaborasi dalam merdeka belajar demi terwujudnya pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik.
Ketulusan dan dedikasi besar guru mempunyai peran penting dalam mendidik dan mencerdaskan generasi penerus bangsa. Dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai moral yang diberikan, telah banyak lahir generasi cerdas dan dapat berkontribusi bagi pembangunan bangsa.
"Terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang telah menjadi pemandu, tauladan, dan penyemangat," kata Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Banyuwangi, Suratno, Sabtu (25/11/2023).
Momentum HGN, lanjut Suratno, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru atas dedikasi serta pengabdian dalam mendidik dan mencerdaskan generasi penerus bangsa. Guru adalah ujung tombak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Tugas seorang guru sangat mulai. Berkat gurulah jutaan pelajar lahir sebagai generasi cerdas untuk pembangunan bangsa," tuturnya.
Dispendik Banyuwangi, tambah Suratno, terus berupaya untuk memberikan dukungan kepada para guru.
Hal tersebut dilakukan agar para guru dapat menjalankan tugas mulia dengan lebih baik dan terus bersemangat berkarya dalam mendidik serta mencerdaskan generasi penerus bangsa.
"Terima kasih atas jejak inspiratif yang telah bapak dan ibu guru berikan. Semoga para guru selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan dalam menjalankan tugas mulianya," tutur Kadispendik Banyuwangi, Suratno.
Untuk diketahui, lahirnya hari guru sejak munculnya organisasi perjuangan guru-guru pribumi dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada zaman Belanda tahun 1912, dari sinilah kemudian banyak organisasi guru lahir. Kemudian pada tahun 1932, sebanyak 32 organisasi guru sepakat bersatu dengan nama Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Keputusan ini membuat Belanda terkejut. Hanya, pergerakan PGI kemudian harus terhenti di masa penjajahan Jepang karena pemerintah Jepang melarang keberadaan organisasi dan menutup sekolah.
PGI baru memulai aktivitasnya lagi setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tepatnya 100 hari setelah kemerdekaan Indonesia, PGI melangsungkan Kongres Guru Indonesia di Surakarta, Jawa Tengah.
Kongres ini menyatukan berbagai perbedaan antara organisasi guru yang didasari perbedaan tamatan di lingkungan kerja, daerah, politik, agama, hingga suku. Selain itu, kongres juga menyepakati wadah baru guru nasional, yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Dalam kongres tersebut, PGRI menyepakati tiga hal: Pertama, mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
Kedua, mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dasar-dasar kerakyatan. Ketiga, membela hak dan nasib buruh umumnya dan guru pada khususnya.
Kelahiran PGRI yang mencerminkan semangat para guru nasional ini menjadi latar belakang sejarah HGN. PGRI memegang peran penting dalam perjuangan nasib guru sejak masa penjajahan Belanda.
Untuk itulah sebagai bentuk penghormatan kepada guru, Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, yang sampai saat ini terus dirayakan. (Ron)
What's Your Reaction?






