Dispendik Gresik Gaungkan Ekspresi Karya Seni dan Edukasi Anti-Bullying
Gresik, (afederasi.com) — Peringatan Hari Anak Sedunia di Gressmall Gresik, menjadi panggung inspirasi yang menyatukan literasi, edukasi anti-bullying, dan ruang ekspresi seni bagi pelajar. Alih-alih sekadar panggung seremoni, kegiatan yang digelar Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik ini menjelma sebagai wadah nyata untuk melindungi, mendengarkan, dan memberdayakan suara anak.
Berbagai kegiatan hadir menyapa pengunjung, mulai dari bedah buku karya pelajar, sosialisasi pencegahan kekerasan dan bullying, hingga pameran lukisan, termasuk karya anak berkebutuhan khusus (ABK). Semua tersaji dengan pesan yang sama bahwa setiap anak berhak tumbuh, dilindungi, dan didengar.
Acara dibuka Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, Dr. S. Hariyanto, S.Pd., M.M., yang turut didampingi pejabat Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Mardiyanto, S.Pd., perwakilan Dinas KBPPPA Gresik, serta budayawan Gresik Kris Aji, sebagai simbol kolaborasi dalam mengawal hak anak.
S. Hariyanto dalam sambutannya menegaskan bahwa Hari Anak Sedunia harus menjadi pengingat bahwa anak memiliki empat hak dasar yang tidak boleh diabaikan.
“Empat hak anak-hak hidup, perlindungan, tumbuh kembang, dan partisipasi harus menjadi perhatian semua pihak, terutama orang tua dan lingkungan,” tegas Hariyanto.
Ia juga menekankan bahwa sekolah harus menjadi ruang aman. Program anti kekerasan dan anti bullying kini diterapkan menyeluruh, sebagai langkah membangun sekolah yang tidak hanya mendidik kecerdasan, tetapi juga menjamin keselamatan emosional anak.
M. Sholeh, panitia kegiatan yang juga pendiri media Cahaya Pena, menyampaikan bahwa literasi bukan hanya soal membaca, tetapi tentang keberanian menyuarakan hak diri.
“Anak-anak perlu diberi ruang berkarya, sekaligus pemahaman tentang bahaya bullying. Literasi membangun karakter menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Soleh mengajak anak untuk tak hanya menulis dan melukis, tetapi juga memahami perasaan, menghargai perbedaan, dan berani menolak kekerasan. Dalam konteks itu, literasi menjadi pelindung psikologis bagi generasi muda.
Salah satu nilai penting acara ini adalah keterlibatan anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam pameran dan pertunjukan karya. Kehadiran mereka bukan sekadar simbol inklusivitas, tetapi pengakuan bahwa setiap anak memiliki hak yang sama untuk diakui.
“Keberadaan mereka tidak boleh disepelekan,” ujar Sholeh menegaskan.
Partisipasi ABK menjadi pesan bahwa pendidikan harus membuka pintu, bukan membatasi.
Tak hanya edukatif, acara ini juga menghadirkan layanan publik yang langsung bermanfaat bagi keluarga, seperti Dispendukcapil mengelar cetak KTP dan KK, Dinkes Gresik membuka layanan cek kesehatan gratis
Ada juga DPMPTSP Gresik dengan layanan perizinan NIB dan UPT Layanan Pendidikan ABK memberikan konsultasi penanganan anak disabilitas
Kehadiran layanan ini membuat peringatan Hari Anak Sedunia benar-benar memberikan solusi, bukan hanya selebrasi.
Melalui literasi, seni, edukasi, dan layanan nyata, Hari Anak Sedunia di Gresik tahun ini menyampaikan pesan yang sederhana namun mendalam bahwa anak bukan hanya masa depan, tetapi juga pemilik masa kini. Mereka berhak berkarya, dilindungi, dan didengar.(Mif/frd)
What's Your Reaction?


