Berkah Mojo Batik: Warna Alam dari Mojotrisno Menembus Pasar Dunia

25 Aug 2025 - 11:31
Berkah Mojo Batik: Warna Alam dari Mojotrisno Menembus Pasar Dunia
Pekerja saat menunjukan hasil batik berkah mojo batik di Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Jawa Timur , Senin (25/08/2025). (foto : Santoso /afederasi.com)

Jombang, (afederasi.com) – Aroma khas rebusan dedaunan dan kulit kayu menyambut siapa saja yang melangkah ke sebuah rumah produksi sederhana di Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang,Jawa Timur . Dari kuali besar yang mengepul di atas tungku tradisional, lahirlah selembar demi selembar batik berwarna alami, karya para perajin Berkah Mojo Batik.

Di sinilah tradisi turun-temurun kembali dihidupkan oleh tangan-tangan terampil. Nusa Amin, sang pemilik rumah produksi, menyebut proses ini sebagai bentuk pelestarian warisan leluhur yang hampir punah.

“Teknik pewarna alam itu sebenarnya sudah ada sejak zaman kerajaan dulu,” ujar Nusa Amin saat ditemui tim afederasi.com, Senin (25/08/2025).

Berbeda dari batik pada umumnya, batik yang diproduksi di Berkah Mojo Batik menggunakan pewarna alami. Bahan-bahannya pun tak sulit ditemukan: kulit kayu mahoni, kulit buah jolawe, hingga kayu secang, yang dikenal menghasilkan warna-warna pekat dan tahan lama.

“Prosesnya sederhana, kulit kayu cukup direbus sampai keluar warna. Kalau mau warna muda dicelup sekali, kalau tua diulang beberapa kali,” jelas Amin.

Hasilnya? Kain batik cap berukuran 2 meter x 115 cm dijual seharga Rp150 ribu, sementara batik tulis pewarna alam bisa mencapai Rp750 ribu per potong. Harga yang sebanding dengan proses rumit dan nilai estetik serta ekologis yang tinggi.

Perjalanan Nusa Amin di dunia batik dimulai sejak tahun 1995 di Bali. Ia bahkan pernah mengirim satu kontainer batik ke Brasil pada 2005—sayangnya, tanpa bayaran sepeser pun. Meski sempat jatuh, Amin tak menyerah. Ia kembali ke kampung halaman dan memulai segalanya dari nol, dengan fokus baru: pewarna alami.

“Saya akhirnya pulang, lalu pada 2012 mulai menekuni warna alam hingga sekarang,” kenangnya.

Kini, produk Berkah Mojo Batik telah melanglang buana ke mancanegara. Pesanan datang dari Singapura, Hongkong, Sri Lanka, hingga Amerika. Jika lokasinya jauh, pengiriman dilakukan melalui jasa ekspedisi. Namun untuk konsumen lokal, pengantaran masih dilakukan langsung oleh tim produksi.

Tiga motif utama menjadi ciri khas batik Berkah Mojo: Mojo Wijoyo, Garudea Arimbi, dan Naga Air. Ketiganya terinspirasi dari situs sejarah di Desa Japanan, menegaskan keterikatan antara karya seni ini dengan akar budaya lokal.

Di bengkel kerja Berkah Mojo, Nusa dibantu oleh sembilan pembatik dan 12 penenun. Mereka bekerja setiap hari dengan ketekunan dan cinta terhadap warisan budaya.

“Ciri khas kami memang memakai pewarna alam, baik itu untuk batik, ecoprint, maupun tenun,” ujar Amin.

Di tengah gempuran batik sintetis dan industrialisasi tekstil, Berkah Mojo Batik menjadi bukti bahwa produk lokal berbasis kearifan tradisional masih mampu bersaing di pasar global. Lebih dari sekadar bisnis, ini adalah bentuk perlawanan terhadap homogenisasi budaya, sekaligus sumber harapan ekonomi bagi masyarakat Mojotrisno.

Selembar kain batik dari desa kecil ini tidak hanya menampilkan motif estetika, tetapi juga menyimpan cerita perjuangan, ketekunan, dan kebanggaan terhadap budaya Nusantara. (san)

 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow