Tradisi Unik Sunan Gresik, Kolak Ayam Hidangan Buka Puasa Dimalam 23 Ramadan

Gresik, (afederasi.com) - Hidangan kolak lazimnya berbahan baku singkong atau pisang yang dicampur santan, namun, di Gresik Jawa Timur kolak dibuat dengan menggunakan bahan baku daging ayam dan rempah rempah.
Hidangan yang disajikan saat berbuka puasa ini, merupakan tradisi unik di malam dua puluh tiga ramadhan atau juga dikenal dengan sanggring ini, telah dilakukan warga Desa Gumeno Kecamatan Manyar Gresik selama ratusan tahun
Berbeda dengan hidangan kolak pada umumnya yang disajikan hangat ketika berbuka puasa, warga Desa Gumeno membuat kolak yang terbuat dari ayam yang khusus disajikan ketika memasuki malam ke dua puluh tiga ramadhan.
Dengan menggunakan daging ayam sebagai bahan utama pembuatan kolak ayam, mereka menyebutnya sebagai tradisi sanggring yang kini lebih dikenal dengan sebutan tradisi berbuka puasa kolak ayam.
Tradisi masakan peninggalan sunan dalem, salah satu dari putra sunan giri tersebut hingga kini tetap dipegang teguh dan lestarikan oleh warga Kabupten Gresik khususnya warga Desa Gumeno.
Selain rasanya yang manis dan gurih yang kental dengan aroma rempah rempah, sajian kolak ayam ini, juga diyakini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Prosesi tradisi sudah mulai sejak pagi selepas sholat subuh, dihalaman masjik jamik sunan dalem dan uniknya hanya dilakukan oleh kaum laki laki saja.
Meskipun dalam kondisi menjalankan ibadah puasa, namun mereka tetap bersemangat membuat kolak ayam di halaman masjid dengan dibantu anak-anak.
Proses pembuatan kolak ayam diawali dengan pemotongan dagimg ayam yang sudah masak dan diiris tipis tipis kemudian merajang bawang daun.
Sedangkan kelompok pemuda lainnya memeras santan kelapa. Setelah itu daging dan santan ini di tuangkan kedalam wajan besar yang dicampuri dengan cairan gula aren, jinten serta bawang daun kemudian di aduk terus hingga menjadi kolak.
Setelah itu para juru masak yang terdiri dari kaum adam ini mengangkat hasil masakan tersebut untuk dikumpulkan di satu tempat. Juru masak kolak ayam ini tidak sembarang orang, mereka merupakan juru masak turun temurun sejak zaman Sunan Dalem.
Tradisi sanggring di Desa Gumeno bahkan telah diakui sebagai warisan budaya tak benda, yang kini sudah menginjak 498 tahun dan masih dilestarikan hingga saat ini. Pertama kali, tradisi ini diperingati 22 Ramadan 946 Hijriyah yang bertepatan dengan 31 Januari 1540 Masehi.
Ketua panitia tradisi Kolak Ayam atau Sanggring, Ahmad Su'udi menuturkan sejarah kolak ayam bermula saat sunan dalem, putra kedua sunan giri ketika membangun masjid jami' untuk menyebarkan agama islam, mengalami sakit yang tidak diketahui jenis penyakitnya. Dan tak ada satu pun jenis obat yang mampu menyembuhkan Sunan Dalem dari sakitnya.
" Hingga suatu hari, di malam dua puluh tiga puasa ramadhan, Sunan Dalem memutuskan untuk shalat istikharah dan akhirnya sunan dalem mendapat petunjuk dari allah swt," tutur Su'udi, Kamis (13/04/2023).
Sunan Dalem lantas meminta para santrinya untuk menyiapkan ayam jago kampung ke masjid untuk dipotong dan dimasak menjadi kolak ayam, lanjut Su'udi. Ajaibnya setelah menyantap hidangan kolak.ayam tersebut ternyata sunan dalem berangsur sembuh dari penyakitnya.
Sejak itulah, sebagai ungkapan syukur atas sembuhnya pimpinan umat dan permintaan Sunan Dalem penduduk Desa Gumeno membuat kolak.ayam dan menikmatinya bersama-sama sanak saudara di rumah dan tamu tamu dari daerah lain, jelas Su'udi.
Adapun nama Sanggring berasal dari dua kata, Sang dan Gring. Sang yang artinya raja/penggedhe dan Gring yang berarti gering atau sakit. Jadi, Sanggring mempunyai arti kurang lebih, raja yang sedang sakit.
"Untuk (pelaksanaan) tahun ini, ada sekitar 3000 porsi (kolak ayam) yang kami sediakan untuk takjil berbuka puasa. Untuk itu, kami menyembelih sebanyak 209 ekor ayam kampung jantan yang masih muda," tambahnya.
Untuk melestarikan tradisi hingga sekarang, warga Desa Gumeno selalu melibatkan generasi muda dalam setiap kegiatan. Anak-anak yang ada di desa diberikan wawasan seputar tradisi kolak ayam, sehingga menjadi suatu tradisi yang diharapkan bakal terus bertahan di tengah gerusan kemajuan Gresik sebagai kota industri.
"Ini sebuah tradisi yang baik, mengingatkan perjuangan Sunan Dalem dalam mensyiarkan agama Islam. Ini kita teruskan, mudah-mudahan membangkitkan motivasi kita agar tidak menyerah dalam kondisi apapun," kata Wakil Bupati Gresik, Aminatun Habibah.
Dalam hal ini, Bu Min-sapaan Aminatun Habibah, berterima kasih kepada warga dan Pemdes Gumeno yang senantiasa menjaga tradisi tersebut berlangsung setiap Bulan Ramadan tiba. Tepatnya pada Hari ke-22 Ramadan atau malam ke-23 Ramadan. (Frd)
What's Your Reaction?






