Marak Penipuan Online, Agen BRILink Desa Gadungan Puji Lestari Gigih Sosialisasikan Transaksi Digital

Kediri, (afederasi.com) - Aplikasi jasa pembayaran melalui berbagai platform digital sekarang sangat marak ditemui. Aplikasi semacam ini juga dinilai menjadi pesaing berat bagi para agen BRILink yang merupakan mitra resmi Bank BRI.
Kendati demikian para agen BRILink tetap percaya diri karena menawarkan keamanan dalam bertransaksi digital.
Seperti cerita dari salah satu agen BRILink di Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri bernama Puji Lestari. Sebagai langkah agar tidak menjadi korban penipuan, ia terus mengedukasi para nasabah yang datang untuk proses transaksi.
Meski begitu, masih ada saja warga maupun nasabah BRI yang keras kepala, jika diingatkan akan bentuk kejahatan melalui transaksi digital.
Wanita 40 tahun ini mencatat ada sekitar 35 kasus dalam setiap tahun yang ia temui dari nasabahnya karena kejahatan melalui transaksi digital.
Semenjak bergabung pada tahun 2018 menjadi agen BRILink, ia terus tergerak untuk melakukan sosialisasi pentingnya dalam proses pembayaran melalui digital.
Baru-baru ini ia menceritakan pengalamannya saat berhasil menyelamatkan salah satu nasabah BRI dengan kejahatan transaksi digital sebesar Rp 5 juta.
Siang itu, datang seorang ibu sendiri berdalih ingin mencairkan dana Rp 5 juta yang ia dapatkan dari platform penjualan online.
Ibu tersebut lantas memberikan nomor BRI virtual account (BRIVA) atau biasa disebut dengan nomor kode untuk suatu pembayaran.
"Ibu ini bersih keras mencairkan dana, padahal pembayaran BRIVA ini adalah uang keluar bukan masuk. Karena curiga, sayapun mengecek dan betul ternyata modusnya ditawarkan pencairan dana," terangnya, Rabu (20/6/2023).
Usai dijelaskan dengan berbagai cara akhirnya nasabah BRILink tersebut mau mendengar Puji dan uang Rp 5 juta tersebut tak jadi hilang.
Puji menuturkan jika, ibu dengan rentan usia 30 hingga 40 tahun menjadi target utama adanya penipuan berkedok pencairan dana dengan transaksi digital tersebut.
Untuk mengatasi nasabah yang alot jika dijelaskan, ia mempunyai berbagai cara seperti menjelaskan perbedaan antara pencairan dan transaksi uang pada rekening.
"Rata-rata para penipu menggunakan transaksi melalui pembayaran BRIVA dan bilang kepada para nasabah kalau nomor tersebut adalah nomor pencairan dana padahal itu adalah uang keluar," paparnya.
Selain kasus tersebut, ada berbagai modus lain yang juga ditemukan oleh Puji yang datang kepadanya.
Seperti mendapatkan dana dari artis Baim Wong namun harus transfer pulsa terlebih dahulu sebesar Rp 100 ribu untuk jasa pajak. Padahal semua itu hanya penipuan belaka dan tak nyata.
Adapula seorang ibu yang tetap ngeyel membeli sepeda motor secara online sebesar Rp 4,5 juta. Padahal harga normal masih sekitar Rp 10 juta.
Nasabah BRILink itu pun harus melakukan pembayaran DP pertama sebesar Rp 500 rb karena telah mendapatkan sebuah resi pengiriman dari pengirim.
Saat dijelaskan konsekuensi pertama oleh Puji, ibu tersebut tetap ngeyel dan tetap melakukan pembayaran, kemudian kembali ke rumah.
Beberapa jam kemudian, nasabah BRILink tersebut kembali ke toko Puji bermaksud mentransfer uang Rp 500 ribu lagi.
Merasa semakin janggal, Puji kemudian mengingatkan dan menjelaskan dengan bukti resi yang didapatkan nasabah bahwa semua itu adalah penipuan belaka.
Sebelumnya, tanpa sepengetahuan Puji, nasabah tersebut ternyata telah transfer secara mandiri di mesin ATM sebesar Rp 1,5 juta. Hal itu diketahui saat melihat bukti riwayat pembayaran pada kartu nasabah.
"Alhamdulillah yang ketiga mau transfer Rp 500 lagi belum dilakukan dan ibu tersebut baru sadar kalau memang ia terkena tipu," uraiannya.
Kini, Puji semakin giat dan gencar untuk sosialisasi terkait pencegahan agar tidak terkena penipuan pada transaksi digital, utamanya kepada para nasabah BRILink.
Meski hal tersebut kadang tak mudah, ia merasa senang bisa membantu agar tak terjadi kejahatan dengan modus serupa.(sya/dn)
What's Your Reaction?






