JMSI Jatim Gelar Musda dan FGD: AI, Etika, dan Regenerasi Dibahas Tuntas
Surabaya, (afederasi.com) – Gelaran Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan JMSI Jatim di Crown Prince Hotel, Kamis (27/11/2025), menghadirkan perbincangan mendalam mengenai “AI dan Masa Depan Kebenaran: Tantangan Baru Jurnalisme Modern” sebelum berlanjut pada agenda Musyawarah Daerah (Musda). Seluruh pengurus dan anggota JMSI Jatim dari berbagai daerah hadir dalam forum strategis tersebut.
Pembukaan FGD yang digelar JMSI Jatim dilakukan oleh Kepala Dinas Kominfo Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa pemanfaatan AI mesti tetap berada dalam kendali manusia. Menurutnya, JMSI Jatim memiliki peran penting dalam menjaga akurasi, verifikasi, serta penghormatan terhadap privasi dan hak cipta di tengah arus otomatisasi media.
Sherlita mengingatkan bahwa kemampuan AI semestinya memperkaya praktik jurnalistik, bukan menggantikannya. Ia menilai JMSI Jatim mampu menjadi garda etika agar profesi wartawan tetap menjadi penjaga kebenaran, sebuah fungsi yang menurutnya tidak bisa digeser teknologi secanggih apa pun.
Dalam forum yang diinisiasi JMSI Jatim itu, pakar komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Wahyu Kuncoro, memaparkan kegelisahan publik terhadap perubahan drastis ekosistem media. Ia menyebut peralihan dari media konvensional ke media sosial dan kini AI berlangsung begitu cepat, sehingga JMSI Jatim perlu mempersiapkan SDM menghadapi konsekuensinya, termasuk meningkatnya tindak kejahatan digital.
Wahyu menjelaskan, pola kerja AI yang mengandalkan big data memungkinkan mesin membaca, meniru, dan menganalisis informasi dalam skala besar. Hal ini, menurutnya, menjadi tantangan besar bagi JMSI Jatim yang bertanggung jawab menjaga integritas produksi berita agar tidak terjebak pada konten yang sepenuhnya dikendalikan mesin.
Pandangan senada disampaikan Lutfil Hakim dan Eko Pamuji dalam forum JMSI Jatim tersebut. Mereka mengingatkan bahwa penggunaan AI secara mutlak tanpa intervensi manusia dapat melanggar prinsip kerja jurnalistik. Lutfil bahkan menyebut proses menjadikan karya orang lain sebagai bahan olahan AI merupakan “dosa jurnalistik”, sebuah perhatian yang penting bagi JMSI Jatim.
Eko Pamuji yang juga hadir atas undangan JMSI Jatim menambahkan bahwa media yang hanya memuat kiriman rilis tidak dapat disebut menjalankan jurnalisme. Ia menekankan bahwa wartawan harus mencari, mengolah, dan mempublikasikan informasi secara mandiri, sebuah prinsip dasar yang wajib dijaga oleh anggota JMSI Jatim.
Pada sesi Musda yang juga menjadi agenda utama JMSI Jatim, Machmud Suhermono memimpin jalannya sidang pemilihan ketua. Secara aklamasi, para peserta sepakat memilih kembali Syaiful Anam sebagai Ketua JMSI Jatim masa bakti 2025–2030, sebuah mandat yang menunjukkan konsistensi kepercayaan anggota.
Dalam penyampaian visi setelah terpilih, Syaiful Anam menegaskan bahwa amanah memimpin JMSI Jatim harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Ia meminta dukungan anggota untuk meluruskan jika salah dan menguatkan jika benar, sebuah nilai kepemimpinan yang menurutnya penting bagi perjalanan JMSI Jatim lima tahun ke depan.
Syaiful memaparkan bahwa JMSI Jatim akan fokus meningkatkan kualitas media anggota, baik dari sisi perusahaan maupun konten jurnalistik. Ia menegaskan bahwa organisasi juga membutuhkan proses kaderisasi yang sehat agar regenerasi kepemimpinan dapat berlangsung alami dan memberikan kesegaran bagi tubuh organisasi JMSI Jatim.
Lebih jauh, Syaiful menekankan bahwa kaderisasi di JMSI Jatim bukan hanya pergantian pimpinan, tetapi juga pembukaan ruang bagi anggota baru. Ia mendorong seluruh anggota JMSI Jatim untuk saling membina, memastikan bahwa media yang belum baik didampingi agar mampu berbenah dan tumbuh bersama organisasi. (jae)
What's Your Reaction?


