IDAI Temukan 100 Kasus Anak Terinfeksi Gagal Ginjal Akut Misterius

13 Oct 2022 - 09:49
IDAI Temukan 100 Kasus Anak Terinfeksi Gagal Ginjal Akut Misterius
Seorang dokter memeriksa tes batu ginjal ultrasonik Eric Wu di rumah sakit Taipei Zhongjiao. (ist)

Jakarta, (afederasi.com) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat lonjakan kasus gagal ginjal akut misterius dalam beberapa bulan terakhir pada anak-anak yang berusia di bawah enam tahun.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi dr Henny Adriani Puspitasari mengungkapkan, sampai saat ini penyebab terjadinya infeksi tersebut masih belum diketahui dan sedang dalam proses investigasi.

“Di seluruh Indonesia cukup banyak, mungkin ada sekitar 100-an lebih dari Januari. Namun, dalam dua bulan terakhir kita melihat ada lonjakan kasus gangguan ginjal akut, lebih banyak dari yang kita temukan,” ungkap Henny.

Adapun gejala yang ditemukan pada anak-anak yang terkena gagal ginjal akut misterius ini diantaranya adalah menurunnya jumlah air seni secara drastis dan tiba-tiba, dan kemudian berlanjut dengan tidak mengeluarkan air seni sama sekali. Gangguan ginjal akut tersebut memburuk secara mendadak dan cepat.

“Itu sebenarnya yang membuat kami sebagai dokter anak terutama yang bergerak di bidang ginjal, itu menjadi sebuah hal yang dalam tanda kutip, kok tidak biasanya,” tuturnya.

Selain itu, kata Henny, gejala gangguan ini pada anak-anak disertai demam tinggi hingga diare. Henny yang menyebut penyakit ini gangguan ginjal akut progresif atipikal menduga penyakit ini ada kaitannya dengan Covid-19.

Pasalnya, penyakit ini kebanyakan teridentifikasi pada anak-anak yang berusia di bawah enam tahun yang belum memiliki kekebalan terhadap Covid-19, karena belum bisa divaksinasi.

“Kita melihat bahwa sebagian besar anak-anak ini punya bukti terhadap infeksi Covid-19 baik yang saat ini sedang terjadi, maupun yang pernah terjadi sebelumnya atau yang kita sebut memiliki antibodi Covid-19. Lalu kita berpikir apakah ini berhubungan? Kita belum bisa mengkonfirmasi hubungannya, tapi kita tetap berpikir ini adalah sesuatu yang berkaitan,” tuturnya.

Maka dari itu, sambil menunggu hasil investigasi terkait penyakit ini, Henny meminta para orang tua waspada apabila memiliki anak di bawah usia enam tahun yang memiliki gejala-gejala seperti yang disebutkan sebelumnya. Apabila terdapat gejala-gejala tersebut, orang tua harus segera membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

“Sampai saat ini karena kita juga masih mempelajari penyebabnya, aksi utama kita adalah, kita ingin supaya moms and dads di rumah, kemudian para tenaga kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan primer mengetahui gejala-gejala apa yang harus diwaspadai. Jadi kalau misalnya kita punya anak terutama di bawah usia enam tahun, yang dia mengalami demam, diare, ada gangguan saluran napas, muntah, kemudian kita harus memperhatikan produksi air kencing dari anak kita. Kita harus memastikan mereka dapat cairan yang cukup, kemudian kita harus rajin-rajin buka popoknya, ada kencingnya gak ya, atau berkurang tidak air kencingnya daripada biasa?,” jelasnya. (ans)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow