Mengenang Masa Kecil Ir. Soekarno di Ndalem Pojok Kediri: Sejarah dan Kontroversi Kelahiran

07 Jun 2025 - 21:45
Mengenang Masa Kecil Ir. Soekarno di Ndalem Pojok Kediri: Sejarah dan Kontroversi Kelahiran
Raden Mas Kuswartono, pembina situs Ndalem Pojok saat di kamar presiden Soekarno di Ndalem Pojok Persada Soekarno Kediri, Jawa Timur, Sabtu (07/06/2025).( Foto : Santos /afederasi.com)

Jombang, (afederasi.com) - Dalam rangka mengenang perjalanan hidup Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, situs sejarah Ndaalem Pojok Kediri menjadi saksi bisu peristiwa penting pergantian nama Raden Kusno menjadi Soekarno pada masa kecilnya.

Raden Mas Kuswartono, pembina situs Ndalem Pojok, menjelaskan bahwa lokasi situs ini terletak di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Tempat ini merupakan rumah yang pernah dihuni Bung Karno semasa kecil, di mana ia diasuh oleh ayah angkatnya, Raden Mas Panji Soemosewojo, hingga menjadi Presiden.

Kuswartono menceritakan bahwa sebelum pindah ke Ndalem Pojok, Kusno kecil sering mengalami masalah kesehatan. Saat itu, ia tinggal bersama orang tua kandungnya di Ploso, Jombang. Dalam usaha mencari pengobatan, orang tua Kusno mendengar tentang seorang pintar bernama Denmas Mendung, yang ternyata merupakan kerabat dari ayahnya.

"Usul ganti nama itu ada di Ploso, tapi nama baru Kusno diadakan upacara ganti nama di Pojok," ungkapnya saat ditemui di rumahnya di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Jombang, pada Sabtu (07/06/2025).

Pemilihan lokasi perawatan Soekarno di Pojok, Wates, dipilih karena berada di lereng Gunung Kelud, yang dianggap cocok untuk mengobati masalah pernapasannya. Selama tinggal di Pojok, Kusno tampak bahagia karena dapat bermain dengan anak-anak sebayanya.

Raden Mas Panji Soemosewojo, ayah angkat Soekarno, adalah putra dari Raden Mas Panji Soemohatmodjo, seorang cucu Sambernyowo (MN I) yang membangun rumah ini pada pertengahan abad ke-18

Kuswartono menekankan bahwa Ndalem Pojok adalah tempat di mana Soekarno kecil mendapatkan pengaruh positif, terutama dalam pendidikan karakter yang membentuknya menjadi pemimpin besar Indonesia yang benci pada penjajah dan berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka, yang merupakan ajaran dari RMP Soemohatmodjo.

Salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter Soekarno adalah kemahirannya dalam berpidato. Kemampuan ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan hasil dari pembelajaran dan latihan sejak usia dini.

Di bawah bimbingan ayah angkatnya, Soekarno kecil belajar seni berbicara di depan umum, sering berlatih di bawah pohon beringin dan di dalam gua di sekitar Ndalem Pojok.

Kisah masa kecil Soekarno di Ndalem Pojok menjadi contoh konkret bahwa pendidikan karakter bisa dimulai dari rumah. Kuswartono mengajak para orang tua untuk tidak hanya fokus pada pencapaian akademik anak-anak mereka, tetapi juga menanamkan nilai kebangsaan dan nasionalisme sejak dini.

Kuswartono  menekankan bahwa sejarah tidak hanya layak dikenang, tetapi juga diambil hikmahnya untuk diterapkan dalam kehidupan sekarang.

"Dari Soekarno kecil, kita belajar bahwa karakter nasionalis tidak dibentuk secara instan. Ia lahir dari pola asuh, lingkungan, dan pendidikan yang penuh nilai. Inilah yang perlu dicontoh oleh generasi sekarang,” katanya.

Setelah masa tinggal di Kediri, Soekarno melanjutkan pendidikannya ke ELS (Europeesche Lagere School) di Mojokerto, lalu HBS (Hoogere Burger School) di Surabaya, sebelum terjun ke dunia pergerakan nasional yang mengantarkannya menjadi tokoh utama kemerdekaan Indonesia.

Namun, kisah kelahiran Soekarno masih menyimpan kontroversi. Beberapa catatan menyebutkan bahwa Bung Karno lahir di Blitar, Surabaya, atau Ploso, Jombang, dengan tahun kelahiran yang berbeda-beda, yaitu 1900, 1901, dan 1902.

Dian Sukarno, salah satu peneliti sejarah, menceritakan perjalanannya dalam meneliti asal-usul Soekarno, yang meliputi Kediri, Jombang, Surabaya, Mojokerto, Bandung, hingga Bali. Ki Wisnu Ardianto juga mengungkapkan bahwa pada tahun 1980-an, ia mendengar kabar bahwa Bung Karno lahir di Ploso, meskipun ia cenderung netral dalam perdebatan ini.

Sementara itu, Arif Yulianto memaparkan hasil kajian Tim Ahli Cagar Budaya Jombang yang merekomendasikan Ploso sebagai situs kelahiran Soekarno. Pembicara terakhir, Binhad, membawa bukti dan data yang menunjukkan bahwa Bung Karno lahir di Ploso, yang saat itu merupakan bagian dari wilayah Surabaya.

"Kami sudah menghadap Mas Guruh Soekarno Putra, Ketua Yayasan Bung Karno di Jakarta, untuk menyampaikan hasil kajian kami. Mas Guruh menyatakan status quo, tidak memihak, dan tidak membenarkan atau menyalahkan," ungkap Binhad.

Atas tanggapan tersebut, Tim Jombang meminta pandangan Prof. Anhar Gongong, pakar sejarah nasional, yang juga pernah mengunjungi rumah kelahiran Bung Karno di Ploso. "Beliau menyatakan bahwa jika kajian Tim Ahli sudah kuat, silakan ditetapkan saja," tambah Kuswartono, Ketua Harian Situs Persada Sukarno Kediri.

Melalui pengenalan kembali Dalem Pojok sebagai situs sejarah pendidikan karakter, Persada Sukarno berharap generasi muda tidak hanya mengenal sosok Sukarno sebagai pemimpin besar, tetapi juga sebagai anak bangsa yang tumbuh dari nilai-nilai luhur budaya dan nasionalisme. (san) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow