Inovasi Briket Sampah Menjadi Energi: Solusi Kreatif Pengelolaan Sampah di Bangkalan, Madura
Bangkalan di Pulau Madura terus berjuang menghadapi tantangan serius dalam mengelola sampah.
Bangkalan, (afederasi.com) - Bangkalan di Pulau Madura terus berjuang menghadapi tantangan serius dalam mengelola sampah. Setiap hari, kota ini menghasilkan sekitar 104 ton sampah, menciptakan masalah lingkungan yang memerlukan solusi kreatif. Seperti yang diungkapkan oleh seorang sumber, "Kota ini benar-benar memiliki masalah besar dalam hal sampah."
Di tengah situasi yang tampak tak terkendali, muncul ide brilian untuk mengubah sampah menjadi briket. Ide ini memungkinkan penggunaan sampah sebagai bahan bakar untuk tungku pembuatan garam, yang merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk setempat. "Kami melihat bahwa sampah sebenarnya dapat menjadi sumber energi yang bernilai," seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com.
Desa Banyusangka, terletak di kawasan pesisir Bangkalan, merupakan salah satu daerah yang paling terdampak oleh masalah sampah. Sampah organik dan anorganik melimpah di desa ini, karena Desa Banyusangka memiliki kawasan TPI terbesar di Kabupaten Bangkalan. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lingkungan masih rendah, yang seringkali mengakibatkan pembuangan sampah sembarangan.
Kondisi semakin memburuk dengan sampah-sampah kiriman dari arus laut yang sering mencemari daerah pesisir. Banjir yang terjadi di Desa Banyusangka juga disebabkan oleh sampah-sampah yang tersumbat di saluran air. Dalam menghadapi permasalahan ini, sebuah inovasi program telah dirumuskan untuk mengatasi permasalahan pengelolaan sampah.
Program inovatif ini dikembangkan oleh Kelompok Pengelola Garam BumDES Wijaya Kusuma Banyusangka yang bekerja sama dengan PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) dan Rumah Daur Ulang (RDU) De eL Ha Kabupaten Bangkalan. "Sampah yang telah dikumpulkan oleh kelompok selanjutnya ditukar dengan briket, selanjutnya briket tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses kristalisasi garam," kata Ubaidillah Husni, salah seorang anggota kelompok tersebut.
Penggunaan briket sebagai bahan bakar untuk proses kristalisasi garam ternyata memberikan hasil yang lebih putih dan halus. Selain itu, inovasi ini mampu meningkatkan kapasitas produksi garam hingga mencapai 50kg per hari, mengubah sampah menjadi sumber energi yang efisien, dan mengatasi masalah penumpukan sampah.
Dengan penerapan teknologi kristalisasi garam berbahan bakar briket, Bangkalan Madura berhasil mengurangi lebih dari 15 ton sampah setiap bulan, mengurangi tekanan pada lingkungan, dan meminimalkan pencemaran. Selain manfaat lingkungan, solusi ini juga memberikan dampak ekonomi positif dengan menciptakan peluang pekerjaan dalam produksi dan distribusi briket.
Proyek inovatif ini adalah langkah awal yang luar biasa dalam menciptakan masyarakat yang lebih berkelanjutan. Bangkalan Madura telah membuktikan bahwa dengan inovasi yang tepat, sampah dapat menjadi sumber daya yang berharga, bukan hanya menjadi beban lingkungan.
"Ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mendukung kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance (ESG) dan mendukung pemerintah mencapai target agenda internasional khususnya Sustainable Development Goals, dimana program ini utamanya berkontribusi pada tujuan no. 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi,” kata GM Zona 11 Muzwir Wiratama.
Dengan demikian, melalui inovasi teknologi kristalisasi garam berbahan bakar briket, Bangkalan Madura telah membuktikan bahwa perubahan positif dapat dicapai jika kita berani berpikir di luar kotak. Mereka tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menghadapi masalah lingkungan serupa dan mencari solusi yang kreatif.(mg-2/jae)
What's Your Reaction?


