Wajib Tahu, Ini Tantangan Pola Asuh Anak dan Cara Menghadapinya

Pacitan, (afederasi.com) - Tantangan orang tua dalam pola asuh anak zaman sekarang sangat besar. Tidak hanya soal kebutuhan fisik dan pendidikan formal. Pola asuh kini juga harus menjawab kebutuhan emosional dan mental anak, sekaligus menjaga agar mereka tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh.
Salah satu permasalahan yang umum terjadi adalah tekanan tidak langsung dari lingkungan sekitar, baik itu dari media sosial, grup orang tua di WhatsApp, hingga konten-konten parenting yang viral. Banyak orang tua merasa harus selalu “mengejar ketertinggalan” agar anak mereka tidak kalah bersaing. Hal ini tanpa disadari bisa menimbulkan stres, baik pada anak maupun orang tua sendiri.
Dilansir dari podcast #Momscorner Episode 47 yang menghadirkan Chika, ibu dari Kenneth alias Kenkulus—seorang balita jenius yang viral karena kecerdasannya dalam berhitung sejak usia dini—pendekatan pola asuh yang terlalu fokus pada hasil bisa menjadi jebakan. Dalam obrolannya, Chika menekankan bahwa tidak ada “buku panduan sakti” dalam membesarkan anak. Ia hanya berusaha mengikuti ritme anaknya, mengenali rasa ingin tahu Kenneth, dan mendukung tanpa memaksa.
“Kadang kita, sebagai orang tua, merasa harus bikin anak ‘hebat’ supaya dianggap berhasil. Padahal, keberhasilan itu bukan tentang seberapa cepat anak bisa baca atau berhitung, tapi apakah dia tumbuh jadi anak yang bahagia dan percaya diri,” ungkap Chika dalam podcast, seperti dikutip Afederasi.com, Sabtu (19/4/2025)
Kurangnya waktu berkualitas, orang tua yang sibuk bekerja sering kesulitan menciptakan bonding yang kuat dengan anak. Waktu berkualitas tidak selalu butuh aktivitas besar. Membacakan buku sebelum tidur, memasak bersama, atau sekadar ngobrol santai bisa memperkuat ikatan dan rasa percaya anak.
Solusi dan pendekatan pola asuh yang bijak dapat dilakukan dengan cara: pertama mengenali dan mendukung potensi anak, bukan memaksakan standart. Kedua, bagun koneksi emosional antara orang tua dengan anak. Ketiga, seimbangkan antara teknologi dengan dunia nyata. Keempat, menanamkan nilai pada anak seperti empati, tanggung jawab, rasa hormat, dan daya juang. (jihan)
What's Your Reaction?






