Jombang, (afederasi.com) – Produksi tembakau di Kabupaten Jombang mengalami penurunan signifikan akibat anomali iklim, khususnya meningkatnya curah hujan selama masa tanam hingga panen. Kondisi ini berdampak langsung terhadap luas panen, kualitas daun tembakau, dan pendapatan petani di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Moh Roni, mengungkapkan bahwa musim kemarau basah yang berlangsung sejak awal tanam hingga Oktober 2025 menyebabkan banyak kendala, seperti serangan hama, gangguan proses pengeringan, serta meningkatnya biaya produksi.
“Saat ini petani tembakau sudah memasuki masa panen, namun curah hujan yang tinggi menjadi tantangan serius, terutama dalam proses pengeringan daun,” ujarnya.
Dampak Curah Hujan Tinggi Terhadap Produksi Tembakau. Produktivitas menurun menjadi sekitar 14-16 ton/Ha dari sebelumnya 17-19 ton/Ha pada 2024. Rendemen daun turun hingga 15%, berdampak langsung pada harga jual tembakau rajangan maupun basah. Kualitas daun tidak seragam, khususnya saat proses pengeringan terganggu oleh kelembaban tinggi.
Langkah Solutif Pemkab Jombang Hadapi Anomali Iklim
Untuk mengurangi dampak cuaca terhadap pertanian tembakau, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang menyiapkan berbagai strategi. Pendampingan Teknis Intensif. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) diterjunkan untuk membantu petani mengelola serangan hama, penyakit, dan proses pasca panen. Penggunaan Metode Pengeringan Alternati. Petani didorong untuk menggunakan oven pengering, umah pengering berventilasi, tungku sederhana. Meski pengeringan sinar matahari tetap ideal, alternatif ini membantu menjaga kualitas daun di tengah minimnya cuaca cerah. Kemitraan dengan Pabrikan Rokok
Pemkab menjalin kerja sama dengan industri seperti Djarum, AOI, Sadana, dan Gudang Baru untuk menyediakan fasilitas pengeringan semi-modern dan program pendampingan dan adaptasi pola tanam
Petani diminta mengikuti prediksi cuaca BMKG serta mulai menerapkan teknologi pertanian adaptif iklim guna meningkatkan ketahanan usaha tani.
Dinas Pertanian Terus Lakukan Monitoring dan Edukasi
Sejak awal September 2025, Dinas Pertanian telah melakukan pembinaan di lima kecamatan utama sentra tembakau. Edukasi difokuskan pada, Waktu panen yang tepat (saat cuaca cerah), Penanganan daun setelah panen, upaya menghindari jamur dan menurunnya aroma tembakau
“Jika penanganan dilakukan dengan benar, risiko kerusakan daun dan penurunan mutu bisa ditekan secara signifikan,” tambah Moh Roni.
Optimisme di Tengah Tantangan: Budaya Menanam Tembakau Tetap Kuat
Meski menghadapi tantangan iklim, para petani di wilayah utara Brantas tetap berkomitmen untuk bertani tembakau. Tagar seperti #SaklawaseUripNandurMbako dan #MatiUripNandurMbako menjadi simbol semangat dan budaya bertani yang telah mengakar sejak lama.
“Petani tembakau di Jombang tidak hanya bertani untuk hasil, tapi juga sebagai warisan budaya. Kami optimis, dengan kerja sama semua pihak, mutu tembakau Jombang tetap unggul,” pungkasnya. (san)