Petani Tembakau Tertekan Harga Akibat Kemarau Basah

26 Sep 2025 - 14:47
Petani Tembakau Tertekan Harga Akibat Kemarau Basah
Rustam Petani tembaku di Desa Katemas Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang saat melkukan proses rajang tembakau, Kamis (25/09/2025). (foto:Santoso/afederasi.com)

Jombang, (afederasi.com) – Musim panen raya tembakau telah dimulai di Kabupaten Jombang. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, hingga akhir September 2025,  dari total sekitar 5.773 hektare lahan yangdi tanami tembaku di Jombang ,sudah  62 persen lahan tembakau di wilayah utara Sungai Brantas sudah memasuki masa panen.

Namun, anomali cuaca berupa kemarau basah membuat kualitas tembakau menurun dan harga jual anjlok, sehingga berdampak pada pendapatan petani.

Kepala Dinas Pertanian Jombang ,Moh Roni  mengatakan untuk panen raya tembakau di Jombang beberapa kecamatan yang sudah melaksanakan panen raya antara lain:

Kecamatan Kudu, dari luas tanam tembakau 1.093 hektare seluas   893 hektare sudah panen.
Kecamatan Kabuh, dari 2.440 hektare luas tanam tembaku seluas 975 hektare sudah panen.
Kecamatan Ploso, dari 1.347 hektare  luas tanam tembakau seluas  336 hektare sudah panen.
Kecamatan Plandaan dari 774 hektare  619 hektare sudah panen
Kecamatan Ngusikan dari 119 hektare luas tanam tembakau seluas 116 hektare sudah panen. Jadi total ada 5.773 luas lahan tanaman tembaku di Kabupaten  Jombang .

“Totalnya sudah mencapai 62 persen dari total lahan tembakau yang tersebar di wilayah utara Brantas,” ujar Kadis Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Jumat (26/9/2025).

Roni menambahkan fenomena kemarau basah yang masih berlangsung menyebabkan curah hujan turun di tengah musim kemarau. Hal ini berdampak langsung pada penurunan rendemen tembakau, yaitu perbandingan antara berat daun basah dan hasil akhir daun kering setelah dijemur, “ tutupnya .

Menurut Rusman, seorang petani asal Kecamatan Katemas Kudu, mengatakan harga tembakau rajangan tahun ini turun drastis.

“Biasanya non gula  bisa sampai Rp 55.000 per kilogram, sekarang paling tinggi cuma Rp 35.000. Kami rugi besar, apalagi nanam tidak hanya sekali tapi berulang  - ulang ,” ungkapnya.

Hal serupa dirasakan oleh Iman, petani tembakau dari wilayah yang sama.

“Hujan turun di tengah musim kemarau bikin daun jadi lembab, rasa tembakau jadi tidak maksimal. Akhirnya harga juga ikut turun di pasar,” jelasnya.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jombang, Lasiman, membenarkan bahwa sebagian besar wilayah utara Brantas seperti Ngusikan, Kudu,Ploso,Plandaan dan Kabuh sudah memasuki masa panen.

Namun, menurutnya, harga jual sangat bergantung pada kualitas daun.

“Harga bervariasi, mulai dari Rp 17.000 hingga Rp 54.000 per kilogram, tergantung kualitas dan jenisnya, terutama tembakau non-gula,” terangnya.

Lasiman juga mengungkapkan bahwa rendemen rata-rata hanya sekitar 10 persen, jauh di bawah kondisi normal.

“Jika biasanya 100 kg daun basah bisa menghasilkan 14–15 kg tembakau kering, sekarang hanya sekitar 10 kg. Ini akibat daun masih basah saat dipanen,” jelasnya.

Melihat kondisi yang sulit ini, para petani berharap adanya perhatian dan solusi konkrit dari pemerintah daerah dan stakeholder industri tembakau.

“Kami butuh pendampingan teknis, fasilitas pengeringan, dan harga beli yang stabil agar kami bisa tetap menanam tembakau ke depan,” ujar Rusman.

Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang terus melakukan monitoring lapangan dan edukasi kepada petani agar proses pasca panen tetap bisa dilakukan dengan baik, meskipun terkendala cuaca.

Musim panen raya tembakau 2025 di Jombang dibayangi tantangan berat akibat cuaca yang tidak menentu. Penurunan kualitas dan harga membuat ekonomi petani tertekan. Dukungan dari pemerintah dan mitra industri sangat dibutuhkan agar sektor pertanian tembakau tetap berkelanjutan. (san)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow