Pencemaran Air di Indonesia: Ancaman Besar bagi Kesehatan, Perlu Tindakan Darurat
Pencemaran air di Indonesia ancaman besar bagi kesehatan masyarakat. Penelitian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini mengungkap fakta mengkhawatirkan terkait kondisi air di Indonesia.
Jakarta, (afederasi.com) - Pencemaran air di Indonesia ancaman besar bagi kesehatan masyarakat. Penelitian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini mengungkap fakta mengkhawatirkan terkait kondisi air di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 dari 10 rumah di Indonesia mengonsumsi air tercemar bakteri E. coli. Hal ini mengindikasikan tingginya tingkat pencemaran air di Indonesia. Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Kemenkes pada tahun 2020 juga mendapati bahwa hanya 11,9% rumah tangga yang memiliki akses ke air minum aman untuk dikonsumsi.
Pencemaran air menjadi permasalahan serius karena dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Salah satu dampak buruk dari air minum yang tercemar bakteri E. coli adalah terjadinya diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Spesialis Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK(K), menyampaikan bahwa merebus air saja tidak cukup untuk memastikan kebersihan dan keamanan air minum. Meskipun air telah direbus hingga mendidih, jika penanganan dan penyimpanan air tidak higienis, kontaminasi E. coli dapat kembali terjadi, sesuai dengan Permenkes Nomor 492 tahun 2010 yang mengatur syarat air minum berkualitas.
Menurut Dr. Diana, bahkan setelah air direbus, masih terdapat parasit yang dapat bertahan terhadap panas. Belum lagi, perlu diperhatikan kontaminasi logam berat di air minum yang bisa menjadi ancaman kesehatan. Logam berat ini tidak dapat hilang meskipun air direbus, dan sayangnya, logam ini tidak terlihat maupun terasa.
Masyarakat Indonesia mayoritas masih mengandalkan air tanah sebagai sumber air minum, yang kemudian mereka rebus. Namun, sumber air juga menjadi perhatian penting dalam hal kesehatan. Sumber air yang berkualitas buruk dapat membawa berbagai masalah kesehatan seperti diare dan stunting. Komposisi mikrobiota dalam air minum juga dipengaruhi oleh sumber air, dan anak-anak yang mengonsumsi air dari sumber yang tidak aman lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan.
Guru besar hidrogeologi Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana, menegaskan bahwa tidak semua air sama dan kualitas air sangat bergantung pada sumbernya. Air yang diambil dari tanah dangkal memiliki risiko tinggi tercemar oleh aktivitas manusia, sementara air dari akuifer dalam cenderung lebih murni dan memiliki kandungan mineral alami yang aman untuk dikonsumsi.
Sumber air menjadi semakin penting karena air dari sumber yang kurang baik membutuhkan pemrosesan yang lebih kompleks. Namun, pemrosesan air minum berlebihan seperti air demineral tidak direkomendasikan oleh WHO untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Pencemaran air menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, dan perlu ada upaya lebih lanjut untuk memastikan akses air minum yang aman dan berkualitas di seluruh Indonesia.(mg-2/mhd)
What's Your Reaction?


