Pelajaran Pahit dari Masalembu: SMK Perikanan dan Kelautan Cari Keadilan untuk Siswanya yang Hilang
Jember, (afederasi.com) – Suasana haru menyelimuti dermaga Pelabuhan Juwana, Pati, Jawa Tengah, ketika perwakilan keluarga siswa SMK Perikanan dan Kelautan Puger, didampingi pejabat dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Jember, tiba untuk menuntut kejelasan. Satu pekan berlalu sejak Badrus Sholeh, siswa peserta Praktik Kerja Lapangan (PKL), dilaporkan hilang di perairan Masalembu. Namun, kabar keberadaan pelajar SMK Perikanan dan Kelautan itu masih misterius.
Pendampingan langsung ini dipimpin Kepala Seksi SMK Cabdin Jember, Mohammad Khotib, yang hadir sebagai representasi negara untuk mencari titik terang dari tragedi ini. Menurut Khotib, kehadirannya adalah bentuk tanggung jawab institusional terhadap siswa SMK Perikanan dan Kelautan yang seharusnya belajar, bukan jadi korban minimnya pengawasan keselamatan kerja di kapal.
Tim Cabdin Jember bertemu langsung dengan jajaran direksi PT Pancuran Samudra Nusantara—pemilik Kapal Motor Harapan Srijaya GT 96—serta aparat kepolisian setempat dan perwakilan asosiasi nelayan. Dalam forum tertutup itu, Khotib menyampaikan tiga poin tuntutan, termasuk desakan agar investigasi internal dilakukan atas hilangnya siswa SMK Perikanan dan Kelautan di atas kapal tersebut.
Salah satu tuntutan utama adalah klarifikasi kronologi hilangnya Badrus Sholeh, serta kejelasan siapa saja Anak Buah Kapal (ABK) yang bertanggung jawab mengawasi siswa SMK Perikanan dan Kelautan selama PKL. “Praktik kerja bukan sekadar formalitas kurikulum. Ini menyangkut nyawa,” ujar Khotib dengan nada tajam.
SMK Perikanan dan Kelautan juga diminta melakukan evaluasi menyeluruh atas kerja sama yang telah terjalin dengan pihak perusahaan. Sugeng Trianto, Kepala Cabdin Wilayah Jember, mengingatkan bahwa sekolah vokasi tidak bisa lepas tangan dalam proses pengiriman siswa ke lokasi kerja seperti kapal, terlebih di sektor berisiko tinggi seperti perikanan.
“SMK Perikanan dan Kelautan harus memperkuat sistem pembekalan dan pengawasan PKL-nya. Tidak bisa hanya bergantung pada niat baik mitra industri,” kata Sugeng. Ia menegaskan pentingnya penerapan SOP ketat, termasuk pelibatan instruktur lapangan, protokol keselamatan, dan pelaporan harian.
Orang tua Badrus, Mulyadi, tak kuasa menyembunyikan kesedihan namun tetap mengucapkan terima kasih atas perhatian dari Dinas Pendidikan Jawa Timur dan SMK Perikanan dan Kelautan yang telah mendampingi keluarga dalam proses pencarian anaknya. Di hadapan direksi perusahaan, Mulyadi berharap pencarian tidak dihentikan hingga Badrus ditemukan, hidup ataupun tidak.
Hilangnya siswa SMK Perikanan dan Kelautan di tengah lautan ini menjadi pelajaran mahal tentang bagaimana pendidikan vokasi membutuhkan pengawasan lebih kuat dari negara. Tragedi ini bukan hanya soal kelalaian teknis, tapi sinyal bahwa sistem pembelajaran berbasis industri belum sepenuhnya ramah bagi keselamatan peserta didik. (gung)
What's Your Reaction?


