Tradisi Unik Warga Gumeno Gresik, "Sanggring" Kolak Ayam di Malam 23 Ramadan 

03 Apr 2024 - 05:29
Tradisi Unik Warga Gumeno Gresik, "Sanggring" Kolak Ayam di Malam 23 Ramadan 
Hidangan Unik kolam Ayam malam 23 Ramadan siap disajikan untuk buka puasa. (Fahrudin/afederasi.com) 

Gresik, (afederasi.com) - Dimalam ke 23 Ramadan ada tradisi unik yang hanya ada di Desa Gumeno Kecamatan Manyar Gresik, Jawa Timur. Tradisi itu dikenal dengan Sanggring yaitu memasak kolam ayam. Uniknya lagi dari tradisi khas warga Gumeno ini ialah juru masakmya mulai dari meracik bumbu, memasak hidangan hingga penyajiannya semua dilakukan oleh laki-laki.

Kuliner yang konon merupakan peninggalan Sunan Dalem salah satu putra dari Sunan Giri yang telah berusia 499 tahun. Hinga kini tradisi warisan leluhur ini masih tetap dijaga kelestarianya oleh warga desa Gumeno.

Berbeda dari tahun sebelumnya, dalam rangkaian acara tradisi Sanggring tahun ini juga digelar lebih meriah dengan gelaran festival banjari  dan juga menghadirkan qori’ internasional Sayyid Zulfikar Assyaibani. 

Tradisi warisan budaya leluhur ini konon bermula Kanjeng Sunan Dalem atau Sunan Giri I yang sedang sakit dan tidak satu pun ditemukan obat mujarab untuk menyembuhkan. Hingga dibuatlah ramuan kolak bercampur ayam.

Secara filosofis kata Sang berarti Raja, dan Gring (Gering) berarti sakit.  Sanggring bermakna obat untuk raja yang sakit. Makanan khas tersebut pertama kali ada pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M, tetap eksis dan dibudidayakan saat ini.

Ketua Pelaksana Didik Wahyudi menuturkan kegiatan Sanggring tahun ini yang  bertema Semarak Sanggring 3024 tahun ini menjadi perayaan terbesar dan lebih meriah karena ada juga digelar festival banjari. Bahkan sampai diikuti peserta dari Kota Malang. 

“Untuk tahun ini kita menyediakan 3200 porsi kolak ayam untuk tamu, yang berasal dari 250 ekor ayam, 740 kg gula merah, 240 kg daun bawang, 600 butir kelapa dan 50 kg jinten,” tutur Didik.

Untuk gelaran Semarak Sanggring 2024 ini, pihak panitia menggunakan anggaran yang cukup besar dari dana desa yakni Rp 25 juta, swadaya masyarakat Rp 40 juta, dan Rp 100 juta dari csr perusahaan. 

“Karena tambah tahun tamu yang datang semakin banyak, warga yang turun tangan juga banyak, acaranya juga semakin besar, Harapannya ada support dana khusus dari Pemda untuk perayaan tradisi ini. Sebab selama ini masih belum disediakan anggaran khusus untuk itu,” terang Didik.

Sementara itu, Kepala Desa Gumeno Hasan Fatoni mengungkapkan dalam tradisi Sanggring biasanya, para tamu yang mengikuti semarak Sanggring di Masjid Sunan Dalem, akan bertandang ke rumah warga setempat dan disuguhi menu yang sama.

“Tradisi ini melayani tamu, dan melestarikan budaya. Semakin banyak tamu, semakin banyak pula sedekah. Harapannya tradisi ini akan selalu ada dan tak lekang oleh zaman,” pungkas Hasan. (frd)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow