Kronis! Remaja Gizi Buruk Lumpuh dan Hidrosefalus Bondowoso Ternyata Simpan Cairan Berbahaya di Paru-paru

Remaja gizi buruk Prastiyo, warga RT 21 RW 8 Dusun Pasenan Barat, Desa Pancoran, Kecamatan/Kabupaten Bondowoso belakangan ini jadi perbincangan hangat.

13 Jun 2023 - 19:40
Kronis! Remaja Gizi Buruk Lumpuh dan Hidrosefalus Bondowoso Ternyata Simpan Cairan Berbahaya di Paru-paru
Rapat koordinasi antara Komisi IV DPRD dengan Dinkes, Dinsos, DPMD dan RSUD Koesnaedi, Selasa (13/6/2023). (Deni Ahmad Wijaya/Afederasi)

 

Bondowoso, (afederasi.com) – Remaja gizi buruk Prastiyo, warga RT 21 RW 8 Dusun Pasenan Barat, Desa Pancoran, Kecamatan/Kabupaten Bondowoso belakangan ini jadi perbincangan hangat.

 

Remaja gizi buruk 15 tahun itu lumpuh dan menderita Hidrosefalus sejak kecil hingga sekarang.

 

Meski sempat dirujuk ke RSUD Dr Koesnadi pada Sabtu (10/6/2023) pagi, namun pihak keluarga pasien gizi buruk Prastiyo memutuskan pulang paksa Senin (12/6/2023) kemarin.

 

Di sisi lain, kondisi Prastiyo sudah sangat kronis dan butuh waktu lama dalam penyembuhannya.

 

Fenomena ini pun menjadi materi dalam rapat koordinasi antara Komisi IV DPRD Bondowoso dengan sejumlah stakeholder terkait, Selasa (13/6/2023).

 

Di antaranya Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB), Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) dan RSUD dr Koesnadi.

 

Kukuh Rahardjo, Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bondowoso menilai sebenarnya stakeholder terkait sudah menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) nya.

 

"Semua sudah menangani sesuai bidangnya. Apa yang perlu dilakukan, itulah yang ditangani," nilai Kukuh kepada Afederasi usai rakor.

 

Sekretaris DPD Partai Golkar Bondowoso ini menilai jika fenomena pasien gizi buruk Prastiyo menjadi atensi bersama sehingga perlu solusi kongkret.

 

"Kondisi pasien gizi buruk Prastiyo ini sudah kronis. Tidak hanya lumpuh dan Hidrosefalus, tetapi ada cairan berbahaya di paru-parunya," sebutnya.

 

Kukuh meminta agar stakeholder terkait bisa berkolaborasi dalam menyelamatkan Prastiyo dan keluarganya.

 

"Bisa dengan bansos dari anggaran cukai dan sumber yang lain," tuturnya.

 

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Bondowoso, Mahfidz juga berharap supaya kasus gizi gizi buruk Prastiyo tidak terjadi lagi di Bondowoso.

 

"Semua pihak, mulai dari Dinkes, Dinsos, hingga jajaran perangkat desa harus proaktif. Tidak menunggu viral dulu, baru ditangani," kata legislator PKB tersebut.

 

Fatimah, ibunda dari Prastiyo nekat memulangkan paksa anaknya dari RSUD dr. Koesnadi.

 

"Maka petugas kesehatan dari Puskesmas Nangkaan, Postu dan kader posyandu harus rutin mendampingi dan memantau kesehatan pasien gizi buruk Prastiyo di rumahnya," pintanya.

 

Kepala Dinsos P3AKB Kabupaten Bondowoso, Anisatul Hamidah menyebut jika pihaknya sudah mengusulkan bantuan untuk Prastiyo.

 

"Sebelumnya kami sudah menyalurkan bantuan berupa permakanan untuk disabilitas," ucap Anis.

 

Sedangkan bantuan kursi roda yang sebelumnya tidak bisa digunakan akan diganti dengan jenis CP yang cocok untuk pasien seperti Prastiyo.

 

Kepala DPMD Kabupaten Bondowoso, Haeriyah Yuliati menegaskan jika persoalan ini serius.

 

"Setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan, maka Pemdes harus bergerak aktif untuk memberikan solusi," tutur Haeriyah.

 

Kalaupun Kepala Desa tidak bisa memantau seluruh masyarakatnya, bukan berarti pelayanan tersendat.

 

"Sebab di pemerintahan desa itu ada jajaran perangkat desa, kepala dusun, hingga RT dan RW. Jadi tidak ada alasan ada warga butuh pelayanan darurat lantas tidak tertangani," paparnya.

 

Di sisi lain, muncul sinyalir jika Kepala Desa Pancoran Norman Faelani masih membawa nuansa politik Pilkades di kasus Prastiyo.

 

Sehingga sampai muncul kalimat jika keluarga dari Prastiyo seharusnya merapat padanya agar terlayani.

 

"Sebelum Pilkades digelar, para calon kades sudah dikumpulkan dan diimbau tentang etika politik pasca Pilkades," katanya.

 

Yang dititikberatkan adalah jangan sampai ada pengkotakan masyarakat oleh kepala desa terpilih.

 

"Jadi kades terpilih harus merangkul semuanya. Tidak ada istilah ini pendukung dan tidak pendukung. Demi pelayanan masyarakat yang optimal," tegas Haeriyah. (Den)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow