Komunitas Sejarah Ajak Masyarakat Jadi Pahlawan Masa Kini

10 Nov 2025 - 10:57
Komunitas Sejarah Ajak Masyarakat Jadi Pahlawan Masa Kini
Ketua Komunitas Pelestari Sejarah (Kompas) Jombang, Mochamad Handy Eka, saat berziarah ke makam Presiden ke- 4, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada bulan lalu. (Foto:Handy Gambit for afederasi.com)

Jombang, (afederasi.com) – Setiap 10 November, bangsa Indonesia mengenang jasa para pahlawan yang rela berkorban demi kemerdekaan. Namun, memperingati Hari Pahlawan bukan sekadar ritual seremonial. Di tengah tantangan bangsa yang kompleks, momentum ini mengajak kita bertanya: "Apa yang bisa kita lakukan hari ini agar semangat perjuangan mereka tetap hidup?"


Ketua Komunitas Pelestari Sejarah (KompaS) Jombang, Mochamad Handy Eka, atau yang kerap disapa Hendy Gambit, menegaskan bahwa pahlawan masa kini tidak selalu berdiri di medan perang.


"Pahlawan hadir dalam keseharian, diam-diam melangkah untuk melakukan kebaikan. Seperti anggota polisi yang baru-baru ini berhasil mengungkap kasus penculikan anak di Makassar. Tindakan cepat dan tanpa publikasi mereka menyelamatkan nyawa dan mengembalikan harapan sebuah keluarga. Itulah wujud pahlawan modern," terangnya, Senin (10/11/2025).


Hendy juga menyoroti kisah inspiratif warga biasa yang menjadi pahlawan bagi lingkungannya. "Ada seorang dermawan sederhana yang membantu tetangganya yang kesulitan beras, terlilit pinjol, dan masalah lainnya. Ia hadir sebagai sandaran nyata. Bagi yang ditolong, dialah pahlawan masa kini yang sesungguhnya," tambahnya.


Menurutnya, pahlawan tidak selalu identik dengan seragam atau sorotan media. "Pahlawan adalah mereka yang mengulurkan tangan saat orang lain memalingkan wajah," tegas Hendy.


Dalam refleksi Hari Pahlawan, sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) asal Jombang disebutkan sebagai contoh pahlawan dengan bentuk perjuangan yang berbeda. "Gus Dur adalah pahlawan kebhinekaan. Beliau memperjuangkan hak minoritas, toleransi, dan kesejahteraan guru. Pemikirannya menjadi penuntun dalam menjaga keutuhan bangsa," papar Hendy.


Ia mengutip pesan mendalam Gus Dur, "Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu." Pesan ini, menurutnya, sangat relevan untuk diinternalisasi dalam kehidupan berbangsa saat ini.


Dan pada hari pahlawan tahun 2025, Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional tahun 2025.


Penganugerahan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/2025 tertanggal 6 November 2025.Upacara penganugerahan digelar hari ini, Senin (10/11/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan di Istana Negara, Jakarta.


Dengan penetapan ini, Gus Dur yang dikenal sebagai tokoh pluralisme, demokrasi, dan kemanusiaan itu resmi tercatat sebagai Pahlawan Nasional asal Kabupaten Jombang.


Lantas, bagaimana cara memaknai Hari Pahlawan 2025? Hendy menekankan bahwa menjadi pahlawan tidak harus dengan tindakan heroik.


"Jawabannya sederhana: Kita diminta menjaga nilai-nilai perjuangan dalam tindakan sehari-hari. Bersikap jujur saat yang lain mencari jalan pintas, menolong meski tak dilihat orang, menghargai perbedaan, dan terus berbuat baik meski dunia terasa keras. Bangsa ini dibangun dari langkah-langkah kecil jutaan orang yang konsisten berbuat baik," jelasnya.


Hendy menutup dengan pesan yang mengajak bertindak. "Hari Pahlawan bukanlah nostalgia. Ia adalah undangan untuk menjadi pahlawan dengan cara kita sendiri: menjaga keamanan, menolong yang membutuhkan, dan memperjuangkan ruang hidup yang damai. Semoga semangat ini tak hanya dikenang, tapi hidup dalam setiap aksi kita," pungkasnya. (san)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow