Kolaborasi UGM dan Disnakeswan Tulungagung: Cetak Peternak Milenial Berbasis Smart Village

14 Jun 2025 - 15:38
Kolaborasi UGM dan Disnakeswan Tulungagung: Cetak Peternak Milenial Berbasis Smart Village
Prof. drh. Agung Budianto, MP, Ph.D., menyampaikan materi terkait kesehatan reproduksi sapi (deny/afederasi.com)

Tulungagung, (afederasi.com) — Upaya peningkatan populasi ternak di Kabupaten Tulungagung kini mendapat suntikan semangat dari dunia akademik. Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggandeng Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Tulungagung meluncurkan program “Pengabdian Profesi Dokter Hewan Berbasis Smart Village”

Program ini menyasar kelompok-kelompok peternak lokal, terutama generasi muda, guna mengedukasi mereka tentang teknologi peternakan modern sekaligus membekali keterampilan manajemen yang lebih profesional dan mandiri.

“Kolaborasi ini adalah langkah strategis untuk menjawab tantangan peternakan saat ini yang semakin kompleks dan menuntut pendekatan berbasis teknologi,” ujar drh. Tutus Sumaryani, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakeswan Tulungagung.

Ia menjelaskan, program ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara FKH UGM dan Disnakeswan Tulungagung yang mencakup bidang pendidikan, penelitian, serta pengabdian masyarakat.

Kabupaten Tulungagung sendiri memiliki potensi peternakan yang sangat besar. Berdasarkan data, jumlah sapi potong mencapai 122.900 ekor, sapi perah 25.500 ekor, dan kambing serta domba mencapai 178.000 ekor. Sementara sektor unggas juga tak kalah signifikan, dengan ayam petelur mencapai 5,9 juta ekor, ayam pedaging 16,1 juta ekor, ayam buras 2,5 juta ekor, serta itik sebanyak 744 ribu ekor.

Dengan populasi tersebut, Tulungagung mampu memproduksi sekitar 39.100 ton daging, 69.500 ton susu, dan 50.700 ton telur per tahun. Hasil ini tidak hanya mencukupi kebutuhan lokal, namun juga memasok sejumlah wilayah besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Kalimantan, hingga Papua.

Namun di balik capaian itu, Tutus mengakui masih banyak peternak yang menghadapi kendala dalam akses teknologi dan manajemen modern. Oleh karena itu, kolaborasi ini diharapkan menjadi solusi nyata.

“Kami ingin kegiatan ini tidak hanya menyentuh aspek teknis dan keilmuan, tapi juga membangun semangat profesionalisme di kalangan peternak lokal,” tambahnya.

Salah satu bentuk kegiatan nyata program ini berlangsung di halaman KUA Kecamatan Kalidawir, Sabtu (14/6/2025), di mana Prof. drh. Agung Budianto, MP, Ph.D., menyampaikan materi terkait kesehatan reproduksi sapi. Dalam sesi itu, seekor sapi betina muda dijadikan media praktik penggunaan alat ultrasonografi (USG) oleh para peserta.

“Ini bagian dari upaya pengembangan smart village, ide cerdas dari Disnakeswan Tulungagung yang kami dukung penuh,” ujar Prof. Agung, yang juga menjabat sebagai Komisi Ahli di Kementerian Pertanian RI.

Program ini diikuti oleh sekitar 50 ketua kelompok peternak, sebagian besar merupakan peternak muda yang kini mulai melirik sektor sapi dan kambing sebagai ladang usaha masa depan.

Kegiatan dibagi dalam dua sesi, yakni sesi penyuluhan dan praktik langsung di lapangan. Selain memperkenalkan teknologi USG untuk mendeteksi kebuntingan sapi, tim UGM juga melakukan pengobatan dan pemberian vitamin pada ternak milik warga.

“Kami optimistis generasi milenial di Tulungagung bisa jadi pionir dalam revolusi peternakan berbasis smart village. Potensi mereka luar biasa,” imbuh Prof. Agung, yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan I FKH UGM.

Sebagai langkah lanjutan, FKH UGM akan melakukan pendampingan selama tiga tahun penuh terhadap kelompok-kelompok peternak binaan Disnakeswan Tulungagung. Tak hanya itu, program ini juga akan dikembangkan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik yang melibatkan mahasiswa lintas fakultas dari UGM.(dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow