Gempuran E-Commerce Bikin Pedagang Pakaian di Pasar Minulyo Kian Terdesak
Pacitan, (afederasi.com) – Dampak e-commerce semakin terasa bagi pedagang konvensional, terutama bagi para penjual pakaian di Pasar Minulyo, Pacitan, yang kini menghadapi penurunan omzet drastis sejak tren belanja daring meningkat pasca pandemi.
Perubahan perilaku konsumen sejak masa pandemi membuat aktivitas jual beli di Pasar Minulyo ikut bergeser. Kini, masyarakat lebih memilih berbelanja melalui ponsel ketimbang datang langsung ke pasar.
Salah satu pedagang pakaian di Pasar Minulyo, Wiwin, mengaku hanya memperoleh 20 persen dari pendapatannya sebelum era e-commerce. “Dulu omzet saya bisa sampai Rp7 juta per hari, sekarang dapat Rp500 ribu saja sudah susah,” ujarnya sedih saat ditemui di lapak dagangannya.
Kondisi blok pakaian di Pasar Minulyo kini tampak sepi. Pemandangan ini sangat berbeda dibandingkan masa sebelum belanja online merebak, di mana pengunjung memenuhi lorong-lorong pasar sejak pagi.
Pasar Minulyo menjadi salah satu lokasi yang mencerminkan dampak nyata dari menurunnya pembelian langsung akibat meningkatnya penggunaan e-commerce. Semakin sedikit masyarakat yang datang ke pasar, membuat keberlangsungan usaha pedagang terganggu.
Kini, pedagang di Pasar Minulyo tidak hanya bersaing dengan sesama pedagang fisik, namun juga dengan pelaku usaha online yang menawarkan harga murah, promo menarik, serta layanan pengantaran langsung ke rumah.
Persaingan tak sehat ini membuat sebagian besar pedagang pakaian di Pasar Minulyo mulai berpikir untuk banting setir, atau mencoba mengikuti arus digital demi mempertahankan mata pencaharian mereka.
Kondisi yang dialami pedagang Pasar Minulyo menjadi sinyal bagi pemerintah dan pihak terkait agar segera merumuskan solusi, sehingga pasar tradisional tetap mampu bertahan di tengah derasnya arus digitalisasi. (Jihan)
What's Your Reaction?


