Warga Lereng Gunung Wilis Kediri Sukses Bangun Kampung "Susu Sapi Perah"

29 Jun 2023 - 18:47
Warga Lereng Gunung Wilis Kediri Sukses Bangun Kampung "Susu Sapi Perah"
Waluyo saat memperlihatkan produksi susu sapi perah di desanya Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, Kamis (29/6/2023). (foto : isa/afederasi.com).
Warga Lereng Gunung Wilis Kediri Sukses Bangun Kampung "Susu Sapi Perah"

Kediri, (afederasi.com) - Berbekal kerja keras dengan percaya diri dan punya tujuan jelas adalah salah satu modal awal dalam meraih kesuksesan.

Hal ini pula yang diyakini Waluyo, warga RT 20 RW 03 Dusun Sambiroto Desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri sukses membangun kampung susu sapi perah di lereng Gunung Wilis Kediri.

Kerja keras dan keinginan untuk merubah nasib membawanya menjadi pebisnis ternak sapi perah sukses. 

Sebelumnya, pria 45 tahun tersebut mengaku telah puluhan tahun bergelut dengan usaha bidang peternakan.

Gonta ganti hewan ternak hingga gagal panen tak membuatnya kapok untuk terus menjadi peternak susu sapi perah. 

"Mulai usaha sudah dari tahun 2000, awalnya ayam pedaging, kambing dan sekarang sapi perah," terang Waluyo, Kamis (29/6/2023). 

Merintis usaha peternak sapi perah, Waluyo jalani pada tahun 2011. Bisnis ayam pedaging yang kurang membuahkan hasil membuatnya mecoba peruntungan pada hewan mamalia ini.

Dengan mengajak empat teman lain, ia mulai dengan 10 ekor sapi perah. Dari 10 sapi perah tersebut, tiap harinya Waluyo dan temannya mendapat sekitar 80 hingga 100 liter susu. Pangsa pasar yang dikirim Waluyo kala itu masih sekitar Kabupaten Kediri dan sekitarnya. 

"Kalau per liter dulu harganya Rp 2050 rupiah. Kami juga kerjasama dengan sebuah koperasi agar bisa menerima susu setiap hari. Alhamdulillah hasilnya bisa dirasakan," katanya. 

Lambat laun, jejak usaha Waluyo mulai diikuti tetangga sekitar. Satu per satu warga lereng Gunung Wilis ini berpindah dari hanya sekedar ternak sapi dan kambing daging menjadi usaha sapi perah.

Dari keadaan tersebut, membuat Waluyo berpikir untuk membuat suatu kampung produksi susu sapi perah. 

Akhirnya sekitar tahun 2015 Waluyo membuat suatu kelompok peternak dengan nama "Peternak Sumber Mulyo".

Menurutnya, dengan kelompok ini bisa sekaligus mengangkat perekonomian warga di Lereng Gunung Wilis tersebut. 

Sapi perah sendiri lanjut Waluyo bisa terus produksi susu setiap hari tanpa ada jeda. Kecuali saat melahirkan anak.

Untuk indukan yang baik dan produktif, sapi perah dengan kelahiran anak ke 3-5 kali menjadi pilihan dari komunitas Waluyo. 

"Sampai saat ini ada 90 an peternak, dengan rata-rata 3-4 ekor sapi perah di kandang. Dalam satu hari 1400-1500 liter susu yang di produksi.

Alhamdulillah dengan maskin bertambahnya anggota, tambah peminat dan teman, akhirnya ada pengepul susu yang kesini untuk ambil," paparnya. 

Sekarang, Desa Jugo mayoritas penduduknya berprofesi sebagai peternak sapi perah. Harga susu yang awalnya Rp 2050 per liter kini makin naik dengan kisaran Rp 7500 ribu dari para peternak.

Hal ini kata Waluyo usai pandemi, banyak konsumen yang terus mencari susu sapi murni.

Sementara itu, selain produk susu sapi murni, Waluyo beserta kelompoknya juga merintis produk olahan susu sapi. Diantaranya adalah susu rasa, puding sedot dan susu goreng. 

"Selain itu pakan konsentrat kita juga sudah buat sendiri. Mantri untuk hewan sapi juga dari kelompok kami sendiri. Jadi seluruh sumber daya kami maksimalkan dalam kelompok ini," bebernya. 

Waluyo menjelaskan, memang penghasilan setiap anggota berbeda-beda karena tiap susu perah masing-masing individu juga berbeda.

Tapi dengan banyaknya jumlah anggota, dan karakter bisnis peternak sapi perah ini, kelompok sumber mulyo bisa semakin mandiri.

Disinggung soal kendala dan kesulitan dalam proses peternakan sapi perah, memang tak terlalu banyak. Waluyo sesekali mendapati sapi yang terkena penyakit seperti PMK dan terbaru penyakit LCD atau lato-lato, namun tidak sampai meninggal dunia 

"Kalau di sini ada tidak parah dan sudah di vaksin semua. Tidak sampai meninggal dunia, jadi aman," urainya. 

Bantuan dari BRI 

Waluyo mengatakan, semua anggota komunitas di kampung sapi perah adalah nasabah BRI. Akhirnya begitu mantri BRI datang dan mereka tertarik dengan kegiatan usaha sapi perah ini, hingga memutuskan menyalurkan bantuan berupa sarana dan prasarana pada tahun 2021.

"Seperti papan nama tiap anggota, papan kampung sapi perah di tugu perbatasan masuk desa hingga pameran untuk promosi produk," ungkapnya. 

Kata Waluyo, dengan adanya komunitas ini pula, permodalan dari BRI juga semakin lancar. Saat ini, selain kerjasama dalam bentuk kredit usaha rakyat (KUR) kelompok yang telah di mulai pada tahun 2020, kerjasama dalam bentuk lain seperti pembayaran dari koperasi ke kelompok juga melalui bank BRI. 

"Jadi juga bisa lebih mudah, teacatat dan langsung ke masing-masing rekening kelompok kita," tandasnya.(sya/dn) 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow