Warga Karang Kenik Gelar Ritual Mistis 1 Suro, Tandai Estafet Kepemimpinan Adat

26 Jun 2025 - 19:22
Warga Karang Kenik Gelar Ritual Mistis 1 Suro, Tandai Estafet Kepemimpinan Adat
Kepala desa olean saat memandikan ketua adat baru (alifia rahma/afederasi.com)

Situbondo, (afederasi.com) – Aura mistis menyelimuti Dusun Karang Kenik (KK26), Desa Olean, Kecamatan Situbondo, saat ratusan warga larut dalam kekhidmatan ritual adat sakral yang digelar setiap 1 Suro. Tradisi turun-temurun ini tak sekadar mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga menjadi momentum suci untuk regenerasi kepemimpinan adat.

Rangkaian ritual dimulai dengan napak tilas, sebuah prosesi spiritual di mana warga berjalan kaki menyusuri lorong dusun menuju Makam Bujhu’ Tunggul Angin tokoh leluhur yang diyakini sebagai cikal bakal tradisi sakral ini. Kamis (26/6/2025), udara pagi dibalut aroma kemenyan dan lantunan doa-doa yang menggema sepanjang perjalanan.

Yang menjadi pusat perhatian tahun ini adalah prosesi pemandian Kepala Adat, sebuah simbol penyucian diri yang sarat makna. Lebih istimewa lagi, dilakukan pula pergantian Kepala Adat melalui musyawarah warga, mengingat pemimpin adat sebelumnya dianggap telah waktunya menyerahkan tongkat estafet.

Ansori, Kepala Desa Olean, menegaskan bahwa ritual ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi bentuk nyata pelestarian jati diri budaya lokal. “Upacara adat ini dinamakan Doa Ser, dan selalu digelar setiap tanggal 1 Suro. Ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur kami, Bujhu’ Tunggul Angin,” ungkapnya.

Tak hanya itu, warga juga konsisten menggelar doa adat setiap hari Senin dan Kamis, sebagai pengikat nilai-nilai spiritualitas dan sosial yang diwariskan secara turun-temurun. “Sebelum prosesi pemandian, dilakukan perjalanan musyafir, yakni berkunjung ke rumah-rumah warga, kemudian menuju makam leluhur dan terakhir memandikan Kepala Adat di rumah adat Karang Kenik,” jelas Ansori.

Menurutnya, ritual ini juga menjadi sarana perekat kerukunan antarwarga. “Kami ingin generasi muda tidak kehilangan identitas budaya. Ritual ini mengajarkan nilai gotong royong, hormat pada leluhur, serta menjaga harmoni sosial,” tambahnya.

Prosesi pemandian Kepala Adat menjadi titik kulminasi dari seluruh rangkaian kegiatan. Kepala Adat yang baru dituntut memiliki jiwa bersih, tanggung jawab moral, serta kemampuan memelihara keharmonisan warga.

“Pemandian ini simbol penyucian, bukan hanya jasmani tapi juga rohani. Kepala Adat harus bisa menjadi panutan yang menjaga nilai-nilai luhur adat istiadat Karang Kenik,” pungkas Ansori.

Ritual adat 1 Suro di Karang Kenik bukan sekadar pertunjukan budaya, tapi refleksi mendalam tentang bagaimana masyarakat memaknai kepemimpinan, spiritualitas, dan kelestarian tradisi dalam kehidupan modern.(vya/dn)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow