Tradisi Manten Tebu Warnai Awal Giling PG Modjopanggoong, Target Serap 381 Ribu Ton di Musim Giling 2025

09 May 2025 - 17:54
Tradisi Manten Tebu Warnai Awal Giling PG Modjopanggoong, Target Serap 381 Ribu Ton di Musim Giling 2025
sejumlah warga perlahan melangkah dari perkampungan menuju sebuah pabrik gula mengiringi sepasang boneka pengantin bernama Pratimo Rukmi , dalam tardisi manten tebu sebagai tanda awal buka giling PG Modjopanggung Tulungagung (deny/afederasi.com)

Tulungagung, (afederasi.com) - Di bawah sinar pagi yang lembut, iring-iringan warga perlahan melangkah dari perkampungan menuju sebuah pabrik gula tua yang berdiri kokoh sejak 1852 di Tulungagung. Di barisan paling depan, sepasang boneka pengantin bernama Pratimo Rukmi digotong penuh khidmat. Bukan pasangan biasa melainkan simbol harapan manis yang digelar setiap awal musim giling di Pabrik Gula (PG) Modjopanggoong.

Tradisi ini dikenal dengan nama manten tebu, sebuah upacara adat sakral yang telah diwariskan selama puluhan tahun. Pratimo berarti boneka, sedangkan Rukmi bermakna emas, sebuah perlambang kejayaan dan keberkahan. Layaknya pengantin sungguhan, pasangan simbolis ini dikirab dengan iringan seserahan berupa tebu-tebu pilihan, mengalun diiringi harap dan doa.

Kirab berjalan estafet, dipimpin para pejabat pabrik dan disambut khidmat oleh karyawan yang berjajar di sepanjang lintasan menuju stasiun gilingan. Di titik akhir, boneka pengantin dan seserahan diletakkan di atas konveyor, digilas bersama batang tebu. Sebuah simbol yang mendalam: penyatuan antara pabrik dan petani, antara kerja keras dan harapan hasil panen yang melimpah.

"Tradisi ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah wujud doa bersama agar musim giling berjalan lancar, membawa rezeki bagi semuanya," ujar Sugianto, General Manager PG Modjopanggoong, saat ditemui Jumat (9/5/2025).

Tahun ini, PG Modjopanggoong menargetkan menyerap 381 ribu ton tebu dari lahan seluas 5.372 hektare yang tersebar di empat kabupaten: Tulungagung, Trenggalek, Blitar, dan Malang. Dengan estimasi produktivitas rata-rata mencapai 71,1 ton per hektare. 

Meski proyeksi rendemen turun menjadi 7,83 persen akibat kondisi cuaca yang lebih basah dibandingkan musim kemarau tahun lalu, pabrik tetap optimis dapat memproduksi sekitar 29.980 ton gula.

"Memang rendemen menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 8,53 persen. Tapi dari sisi kuantitas, kami tetap meningkat. Itu yang membuat kami tetap semangat," kata Sugianto.

Apa yang membuat PG Modjopanggoong istimewa bukan hanya tradisi uniknya, tetapi juga fakta bahwa mereka masih mengandalkan mesin-mesin tua peninggalan Belanda. Mesin-mesin bersejarah itu, meski telah berusia puluhan tahun, tetap berdentang setiap musim giling tiba, mewakili semangat tak pernah padam dari pabrik ini.

"Alhamdulillah, dengan peralatan lama kami masih bisa bersaing, bahkan ikut menunjang produksi gula nasional. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal dedikasi dan ketekunan," imbuh Sugianto.

Manten tebu bukan sekadar prosesi adat. Ia adalah cerita tentang tradisi dan harapan, tentang kerja keras dan doa, tentang bagaimana satu pabrik tua terus menggiling bukan hanya tebu, tapi juga semangat kolektif masyarakat yang hidup di sekitarnya. Musim giling telah dimulai, dan bersama dengannya, doa-doa manis kembali dipanjatkan dari jantung industri gula Tulungagung.(dn)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow