Tingginya Angka Gizi Buruk di Situbondo, Tiga Anak Diantaranya Meninggal Dunia
Situbondo, (afederasi.com) - Sebanyak 84 anak di Situbondo mengalami gizi buruk, tiga anak diantaranya meninggal dunia. Sejumlah anak penderita gizi buruk tersebut tersebar pada 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo.
Tingginya angka anak di Situbondo mengalami gizi buruk selama tahun 2022, terungkap saat hearing Komisi IV DPRD bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Situbondo.
"Di bulan Januari ini, ada satu yang meninggal, setelah mendapat penanganan dari RSU Situbondo"ujar wakil ketua Komisi IV DPRD Situbondo, Tolak Atin, Rabu (11/1/2023).
Tolak Atin juga mengatakan, berdasarkan keterangan pihak Dinkes, penderita gizi buruk yang meninggal dunia itu, merupakan hasil dari pernikahan dini. Khusus untuk dua anak penderita gizi buruk yang meninggal lainnya, keduanya berasal dari Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Panji.
"Jadi bapak dan ibunya itu usianya masih 13 tahun, dan waktu melahirkan ibunya berusia 12 tahun. Ini dampak dari pernikahan dini. Sedangkan sebanyak 84 anak penderita gizi buruk tersebut, mereka masih dalam pemantauan Dinkes,"ungkapnya.
Lebih jauh Tolak Atin berharap, agar Dinkes bisa mengintervensi, karena banyak bantuan sosial yang nilainya miliaran rupiah masih belum menyentuh terhadap persoalan tersebut. Sebab, Jumlah penderita gizi buruk sebanyak 84 itu cukup tinggi, untuk itu semua pihak atau OPD harus melihat.
"Ini ego sektoralnya masih tinggi. Makanya saya berharap Dinsos yang memperbaiki masalah di masyarakat bisa mengintervensi di bidang kesehatan. Ini semua pihak harus bekerja, tidak hanya cukup yang menangani Dinkes. Tentu dinas yang lain harus bersinergi untuk menyelesaikan masalah gizi burul ini,"pungkasnya.
Sementara itu, Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Dinkes Kabupaten Situbondo, dr Sandi Hendrayono mengatakan sebanyak 84 anak penderita gizi buruk itu memang diintervensi Dinkes untuk mendapatkan bantuan gizi. Untuk mengantisipasi penderita gizi buruk semakin parah, pihaknya akan terus mengawal penderita gizi buruk dengan pemberian bantuan BMT dan lainnya.
"Itu yang rawan-rawan dan kami antisipasi. Jadi kami intervensi betul, jika memerlukan dirawat di ROG kami rawat dengan didampingi spesialis. Bahkan kalau perlu rawat inap, kami rawat inap," tutupnya.(vya/dn)
What's Your Reaction?