Tanggapan Ketua MUI terhadap Polemik Guyonan Salat Zulhas: Jangan Diperbesar-besarkan
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Anwar Iskandar memberikan tanggapan terhadap polemik guyonan terkait salat yang diungkapkan oleh Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan alias Zulhas.
Jakarta, (afederasi.com) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Anwar Iskandar memberikan tanggapan terhadap polemik guyonan terkait salat yang diungkapkan oleh Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan alias Zulhas. Anwar menekankan agar ungkapan Zulhas tidak direspon secara berlebihan.
Menurut Anwar, kata "Amin" yang diucapkan dengan lantang di ujung surat Al-Fatihah merupakan sunah dalam ajaran agama Islam.
"Itu hukumnya sunnah, aslinya seperti itu," jelas Anwar seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com.
Ia menambahkan bahwa bacaan Amin di penghujung surat Al-Fatihah merupakan doa agar Allah mengabulkan permohonan yang diajukan.
Anwar juga menegaskan bahwa tradisi menyebut Amin di penghujung surat Al-Fatihah telah ada sejak zaman dahulu. Meskipun Amin kini menjadi singkatan nama kandidat Pemilihan Presiden, Anwar mengajak masyarakat untuk tidak mengaitkannya dengan politik.
"Itu sudah ada sejak partai-partai ini ada, sudah ada sejak Indonesia belum ada, sudah ada sejak dahulu kala, dan akan selalu ada sampai kiamat," tegasnya.
Selain itu, Anwar mengingatkan agar bacaan Amin tidak dipolitisir dan tidak dicampuradukan dengan konteks politik.
"Saya minta jangan mengait-ngaitkan Amin dalam salat dengan AMIN Anies Baswedan," pinta Anwar.
Ia menegaskan bahwa tidak mengucapkan Amin dalam salat tidak berarti salatnya tidak sah dan tidak ada kaitannya dengan politik.
Anwar juga meminta masyarakat untuk melihat ungkapan Zulhas sebagai candaan semata. Menyikapi video Zulhas yang menyinggung bacaan salat dan tahiyat akhir, Anwar mengajak masyarakat untuk tidak serius menanggapi hal tersebut.
Bahkan, pemuka agama lain seperti Ustaz Adi Hidayat dan Ustaz Abdul Somad juga disebut telah menyatakan hal serupa.
"Bahkan saya lihat di video Pak Kiai Somad menampilkan berbagai mazhab tentang jari yang diucapkan ketika tahiyat," ujarnya.
Sebagai penutup, Anwar Iskandar menekankan pentingnya menjaga keberagaman dan toleransi dalam menyikapi perbedaan pendapat terkait tata cara ibadah.
"Mari kita jaga kebersamaan, keharmonisan, dan keberagaman dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila," tutup Anwar.(mg-3/mhd)
What's Your Reaction?


