Remaja Jombang Didorong Jadi Agen Perubahan Cegah Stunting

01 Oct 2025 - 14:21
Remaja Jombang Didorong Jadi Agen Perubahan Cegah Stunting
Sosialisasi stunting di Kabupaten Jombang. (Foto: Istimewa)

Jombang, (afederasi.com) – Upaya pencegahan stunting di Kabupaten Jombang kini menyasar generasi muda. Remaja didorong untuk menjadi agen edukasi sekaligus calon orang tua yang sadar gizi dan kesehatan reproduksi. 

Hal ini disampaikan dalam seminar bertema "Optimalisasi Remaja dalam Membangun Generasi Sehat Tanpa Stunting" yang digelar  di Pawon Djowo, Desa Denanyar, Kecamatan Jombang, Minggu (28/09/2025).

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara dosen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Jombang sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat yang didanai pemerintah.

Ketua kegiatan, Candra, menyampaikan bahwa edukasi terhadap remaja sangat penting dalam menurunkan angka stunting di Indonesia. Menurutnya, membekali remaja dengan pengetahuan gizi, kesehatan reproduksi, dan perencanaan keluarga merupakan langkah awal dalam menciptakan generasi sehat dan bebas stunting.

“Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman sejak dini kepada remaja agar mereka siap menjadi orang tua yang mampu membentuk keluarga berkualitas,” ujar Candra dalam keterangan resminya, Rabu (1/10/2025).

Sementara itu, perwakilan BKKBN Kabupaten Jombang, Veni Istiani, menegaskan bahwa upaya percepatan penurunan stunting harus dimulai dari keluarga dan masyarakat.

“Stunting di Jombang perlu dicegah sejak dini melalui peran keluarga dan masyarakat, karena kesehatan generasi mendatang ditentukan dari kesadaran hari ini,” ungkap Veni.

Materi seminar dilanjutkan oleh para dosen Unair, salah satunya Haryono yang menekankan bahwa edukasi kesehatan reproduksi pada remaja merupakan kunci utama dalam mencegah stunting.

“Remaja yang memiliki pengetahuan dan perilaku hidup sehat akan lebih siap menjalani peran sebagai calon orang tua. Hal ini berdampak langsung pada kualitas anak yang akan dilahirkan,” jelasnya.

Pemateri lain, Sylvie Puspita, menambahkan bahwa kesiapan remaja meliputi pola makan sehat, perencanaan pernikahan, serta pemahaman tentang pentingnya tumbuh kembang anak.

“Stunting bukan hanya soal gizi buruk, tapi juga tentang kesiapan membangun keluarga sehat sejak awal,” tegasnya.

Ia menyebut bahwa anak dari orang tua yang mengalami stunting masih bisa tumbuh optimal, bahkan lebih tinggi hingga 8,5 cm, selama kebutuhan gizinya terpenuhi.

Isu gizi juga menjadi fokus penting dalam seminar ini. M. Nur Ghoyatul Amin, dosen Unair yang menjadi pemateri terakhir, mengingatkan pentingnya konsumsi protein hewani, khususnya ikan.

“Indonesia punya 73% wilayah perairan. Ini potensi besar untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa pemenuhan gizi sejak masa remaja hingga kehamilan sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi mendatang.

“Asupan gizi seimbang tidak hanya mencegah stunting, tapi juga mencetak generasi cerdas dan produktif,” imbuhnya.

Seminar ditutup dengan sesi diskusi interaktif yang melibatkan puluhan remaja dari berbagai wilayah di Kabupaten Jombang. Mereka antusias menyampaikan ide dan pertanyaan seputar tantangan pencegahan stunting di lingkungan masing-masing.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa remaja memiliki potensi besar sebagai agen perubahan. Dengan bekal pengetahuan yang tepat, mereka bisa berkontribusi dalam mewujudkan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan bebas stunting. (san)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow