MPKS dan Jejak Inklusivitas Sosial Muhammadiyah: Dari Aula Hingga LKSA
Surabaya, (afederasi.com) - Suasana Aula Mas Mansyur di Kantor PWM Jawa Timur terasa berbeda pada Jumat (25/07/2025) siang. Di tengah deretan kursi dan wajah-wajah penuh harap, Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial (MPKS) PWM Jawa Timur menggagas sesuatu yang lebih dari sekadar rapat koordinasi—sebuah langkah konkret untuk memperkuat masa depan anak-anak asuh Muhammadiyah.
Kerja sama strategis yang diprakarsai MPKS ini melibatkan dua institusi penting: Universitas Muhammadiyah Madiun (UM Madiun) dan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (FK UM Surabaya). Tidak hanya bicara program, MPKS menghadirkan lebih dari 200 peserta dari unsur MPKS daerah dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) se-Jawa Timur untuk membumikan semangat kolaborasi.
Dalam rapat koordinasi tersebut, MPKS menandai komitmennya melalui dua program utama: kuliah gratis untuk anak asuh LKSA Muhammadiyah di UM Madiun dan penempatan alumni kedokteran dari FK UM Surabaya di lingkungan LKSA. Dua langkah ini menjadi simbol konkret bahwa MPKS bukan sekadar lembaga administratif, melainkan pelayan sosial yang aktif menjembatani kebutuhan pendidikan dan kesehatan.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua PWM Jawa Timur, M. Khoirul Abduh, mengapresiasi keterlibatan kampus dan menyebut inisiatif ini sebagai wajah ta’awun Muhammadiyah yang sebenarnya. Baginya, MPKS telah mempraktikkan sinergi lintas amal usaha untuk menjawab tantangan sosial hari ini—yakni kesenjangan akses pendidikan dan kesehatan di kalangan anak-anak asuh.
Tidak hanya janji manis, Rektor UM Madiun, Prof. Dr. Sofyan Anif, yang hadir langsung, menyatakan bahwa pihaknya siap membuka pintu bagi anak-anak binaan MPKS. Ia menekankan pentingnya pendampingan akademik dalam program beasiswa tersebut agar setiap mahasiswa dari LKSA mampu bertahan dan berkembang.
Di sisi lain, dr. Musa Ghufron dari FK UM Surabaya memaparkan bahwa kolaborasi dengan MPKS akan diwujudkan melalui skema penempatan alumni dokter muda di LKSA. Dengan begitu, pembinaan medis yang sebelumnya terabaikan bisa menjadi bagian integral dari sistem pengasuhan anak dalam naungan Muhammadiyah.
Langkah MPKS ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pelayanan sosial bukan hanya soal logistik atau bantuan jangka pendek. Melalui dukungan pendidikan tinggi dan pelayanan kesehatan, MPKS mencoba menyusun fondasi jangka panjang—agar setiap anak dari LKSA bisa berdiri sejajar dalam kompetisi masa depan.
Rapat hari itu bukanlah akhir, melainkan titik berangkat dari peta jalan MPKS menuju Muhammadiyah yang lebih inklusif, membumi, dan menjangkau mereka yang kerap terpinggirkan. Seperti pesan tersirat dari diskusi itu: kesejahteraan sosial bukan sekadar cita-cita, tapi proyek bersama yang harus terus digerakkan. (san)
What's Your Reaction?


