Semarang, (afederasi.com) - Kasus bunuh diri mahasiswa belakangan ini terus mengemuka dalam sorotan masyarakat. Dilaporkan sebelumnya, seorang mahasiswa Unnes melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari gedung Mall Paragon Semarang. Sedangkan baru-baru ini, dilaporkan seorang mahasiswa Udinus juga diduga meninggal dunia akibat bunuh diri.
Isu bunuh diri mahasiswa ini memunculkan perhatian serius terkait kesehatan mental generasi muda di Indonesia. Fenomena ini semakin mengkhawatirkan mengingat kasus bunuh diri semakin meningkat di kalangan generasi muda. Namun, pertanyaannya adalah apa yang mendorong seseorang untuk memutuskan untuk melakukan tindakan bunuh diri?
Dalam penanggapan atas fenomena ini, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Dr.dr. Khamelia Malik, Sp.KJ, mengungkapkan bahwa ia telah sering menghadapi kasus-kasus percobaan bunuh diri dan perilaku menyakiti diri. Ia menjelaskan bahwa beberapa orang memilih untuk menyakiti diri mereka sendiri ketika mereka menghadapi masalah.
"Beberapa orang belakangan ini menerima kasus-kasus percobaan bunuh diri dan perilaku menyakiti diri. Melukai diri sendiri, menggunakan silet, membenturkan kepala, atau menusukkan jarum," ucap dr. Khamelia dalam sebuah media briefing Kemenkes tentang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia beberapa waktu lalu.
Berdasarkan penjelasan dr. Khamelia, alasan di balik tindakan bunuh diri ini sangat kompleks. Namun, beberapa pasien yang berkonsultasi dengan beliau mengaku bahwa alasan di balik tindakan bunuh diri adalah karena mereka merasa tidak memiliki solusi lain.
"Pasien merasa bahwa dirinya tidak bisa menemukan solusi dari masalahnya. Hal ini membuatnya berpikir untuk melakukan bunuh diri," jelas dr. Khamelia seperti yang dilansir dari Suara.com media partner afederasi.com.
Tidak hanya itu, pasien juga merasa terisolasi dari situasi yang mereka hadapi. Menurut dr. Khamelia, pasien akan merasa sedih dan sepi, bahkan jika mereka berada di tengah keramaian. Perasaan ini membuat mereka merasa kesepian dan tidak ada orang yang benar-benar memahami situasinya.
"Mereka mengalami isolasi sosial di mana mereka merasa terisolasi meskipun berada di tengah keramaian. Mereka memiliki banyak teman, banyak orang di sekitar, tetapi merasa sendiri dan terasing," tambahnya.
Faktor-faktor inilah yang akhirnya mendorong seseorang untuk memutuskan untuk bunuh diri. Namun, sebelum melakukannya, orang yang merasa ingin bunuh diri biasanya akan menunjukkan tanda-tanda tertentu. Inilah yang harus diwaspadai oleh orang lain untuk mencegah terjadinya aksi bunuh diri.
Orang yang cenderung melakukan bunuh diri biasanya akan merasa depresi dengan situasi dan keadaan dunia. Mereka mungkin juga sudah menulis surat wasiat.
Di sisi lain, orang yang telah mantap untuk bunuh diri akan terlihat lebih tenang. Mereka akan terlihat tenang dibandingkan panik saat melakukan persiapan untuk bunuh diri. Salah satu kondisi lain yang harus diwaspadai adalah perilaku mereka yang cenderung melukai diri sendiri.
Tanda-tanda inilah yang menjadi petunjuk bahwa orang tersebut memiliki potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri. Oleh karena itu, perlu waspada dan pencegahan agar tidak terjadi tragedi tersebut.
Jika Anda mendapati tanda-tanda tersebut pada seseorang, sangat penting untuk mencoba mencegahnya. Upayakan untuk mencari cara agar niat bunuh diri dapat dibatalkan. Dr. Khamelia menegaskan bahwa sangat penting untuk tidak menganggap enteng orang-orang yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
"Saya tidak setuju jika mengatakan bahwa pemikiran bunuh diri adalah sebuah lelucon. Karena bunuh diri adalah sesuatu yang harus dianggap serius. Sebaliknya, hal tersebut menandakan bahwa mereka merasa tidak memiliki cara untuk mengatasi masalahnya. Oleh karena itu, hal ini tidak boleh dianggap sebagai bahan candaan," ujar dr. Khamelia.
Catatan Redaksi: Hidup memang penuh dengan tantangan dan bisa menimbulkan stres, tetapi bunuh diri bukanlah jawaban yang tepat. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami kesulitan dan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri, silakan segera hubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Anda juga dapat menghubungi LSM Jangan Bunuh Diri melalui email [email protected] dan telepon di 021-9696 9293. Selain itu, nomor hotline Halo Kemkes di 1500-567 juga tersedia untuk memberikan informasi kesehatan 24 jam.(mg-2/jae)