Inovasi Tirai Tenun Bambu Jombang: Kolaborasi Akademisi dan Perajin Dongkrak Nilai Ekonomi
Jombang, (afederasi.com) – Sentra tenun di Dusun Penggaron, Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, menampilkan transformasi menarik pada Senin (15/12/2025).
Di antara alat tenun tradisional, terpajang window blind atau tirai jendela elegan berbahan anyaman lidi bambu yang disisipi benang tenun khas daerah.
Inovasi ini merupakan hasil kolaborasi perajin lokal dengan akademisi, yang menggeser paradigma tenun Jombang dari sekadar sarung ke komponen desain interior bernilai tinggi.
Produk inovatif ini lahir dari sinergi intensif antara perajin Pokmas Tenun Wastra Sejahtera dengan tim dosen Desain Interior Petra Christian University (PCU) Surabaya. Kolaborasi ini didukung hibah Program Inovasi Seni Nusantara Kemendikbudristek 2025.
Dr. Sherly de Yong, ketua tim peneliti, menekankan pendekatan co-design sebagai kunci keberhasilan.
“Proses desain dilakukan bersama antara akademisi, mahasiswa, dan perajin. Tujuannya, menciptakan produk baru yang relevan dengan pasar modern tanpa mengikis roh tradisionalnya,” ujarnya.
Acara peresmian revitalisasi pokmas juga diisi dengan serah terima alat pendukung produksi, seperti alat tenun, alat serut bambu, dan sisir tenun. Turut hadir dalam acara ini Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jombang, menunjukkan dukungan pemerintah daerah.
Pengunjung dapat menyaksikan langsung proses produksi, demonstrasi pengambilan gambar di atas kain, serta mengunjungi ruang pamer produk yang memamerkan window blind, wall hanging, dan taplak meja.
Produk unggulan kolaborasi ini, window blind berbahan tenun bambu, dibanderol mulai Rp150.000 untuk ukuran 45x90 sentimeter. Produk dibuat secara custom dengan waktu pengerjaan menyesuaikan tingkat kesulitan desain.
“Perajin membutuhkan ketelitian tinggi, terutama saat menggarap motif. Rata-rata satu perajin mampu menghasilkan empat hingga lima unit window blind per hari,” jelas Dr. Sherly.
Tim dosen PCU menilai produk ini memiliki potensi besar di pasar interior modern. Karakteristiknya yang lurus, kokoh, semi-transparan, serta berkesan alami dan etnik dinilai cocok untuk berbagai aplikasi desain.
Transformasi ini memiliki sejarah panjang. Lintu Tulistiyantoro, dosen PCU sekaligus pendamping pokmas, mengisahkan awal keterlibatannya sejak 2019 untuk membantu puluhan ibu-ibu, sebagian besar single parent terdampak PHK dari pabrik tenun.
“Dari produksi sarung, kami kembangkan ke pakaian jadi dan pewarnaan alami. Tapi pasar fashion punya batas. Pengembangan ke produk interior membuka cakrawala baru,” jelas Lintu.
Kini, produksi telah terkonsentrasi di satu sentra dengan 16 perajin tetap, sebuah kemajuan dari sistem produksi terdistribusi di rumah masing-masing.
Nusa Amin, Ketua Pokmas Tenun Wastra Sejahtera, menyambut gembira terobosan ini. “Ini langkah konkret agar tenun kami terus berkembang mengikuti zaman,” tandasnya.
Harapan ke depan adalah ekspansi pasar dan peningkatan kesejahteraan perajin. Lintu menekankan perlunya dukungan pemerintah daerah dalam promosi dan pemasaran.
“Tugas kampus di ranah pengembangan ide. Untuk membawa produk ini lebih luas, kolaborasi dengan pemerintah daerah sangat dibutuhkan.”
Dengan sentuhan akademis dan ketekunan perajin lokal, tenun Jombang kini tidak hanya menghangatkan tubuh, tetapi juga siap memperindah ruang hidup modern, membuktikan bahwa kearifan lokal dapat beradaptasi dengan tren terkini. (san)
What's Your Reaction?


