Ini Penyebab Harga Tomat di Banyuwangi Semakin Mahal
Banyuwangi, (afederasi.com) - Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah harga tomat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus mengalami kenaikan. Disejumlah pasar harga tomat dijual berkisar antara Rp36 ribu sampai Rp40 ribu per kilogram, Senin (1/4/2024).
Mahalnya harga tomat di Bumi Blambangan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, permintaan konsumen yang tinggi sedangkan stok tomat menipis.
Selain itu, sejumlah wilayah yang menjadi sentra penghasil pertanian tomat tidak bisa panen karena musim.
"Belakangan ini Banyuwangi terus diguyur hujan, inilah salah satu penyebab harga tomat tinggi," kata Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskop UMP) Banyuwangi, Nanin Oktaviantie.
Nanin menjelaskan, pasokan komoditi tomat sementara ini tidak memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari pantauan harga, tomat dijual Rp36 ribu oleh pedagang sedangkan untuk tomat ranti dijual Rp40 ribu per kilogram.
"Harga tomat cenderung naik. Namun untuk stok dipastikan aman hingga lebaran," terangnya.
Diskop UMP Banyuwangi, lanjut Nanin, terus memantau perkembangan harga sejumlah komoditas pangan untuk menjamin kebutuhan masyarakat aman. Meskipun bukan komoditas utama, tomat merupakan salah satu komiditi yang sering digunakan oleh masyarakat.
"Kita terus melakukan pemantauan harga secara intensif, agar semua kebutuhan masyarakat aman dan terjangkau, terlebih jelang lebaran," terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Arief Setiawan mengungkapkan tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh di segala tempat, namun juga sangat rentan akan hujan.
Sebab dengan intensitas hujan yang tinggi berpengaruh kepada kelembapan dan hal tersebut berdampak terhadap produksi tomat.
"Temperatur dan kelembaban yang tinggi, berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas tomat," tuturnya.
Arif menambahkan, sejumlah wilayah di Kabupaten Banyuwangi sangat cocok untuk pertanian tomat, namun karena akhir-akhir ini sering diguyur hujan banyak petani yang tidak bisa panen karena cuaca.
"Kelembaban yang tinggi bisa mengakibatkan tanaman tomat diserang penyakit. Sehingga produksinya menurun," jelasnya.
Terpisah Budi warga Kecamatan Genteng yang keseharian membuka warung nasi lalapan berharap agar tomat segera normal kembali. Terlebih saat ini bulan puasa, tomat menjadi salah satu bahan yang sering digunakan untuk melancarkan usaha.
"Semoga harga tomat segera normal. Harga tomat saat ini jauh lebih mahal dari harga telur yang hanya Rp30 ribu per kilogram. Untuk menyiasati harga tomat mahal, kita mengurangi penggunaannya," pungkasnya. (ron)
What's Your Reaction?


